Jakarta (ANTARA News) - Indonesia dan India perlu menjajaki terobosan baru perdagangannya guna meningkatkan volume bisnis kedua negara yang salah satunya melalui pembentukan Kapal Dagang Indonesia (KDI). Demikian salah satu wacana yang mengemuka dalam seminar sehari tentang "Penyiapan Kapal Dagang Indonesia, Belajar Dari Pengalaman Sejarah Perdagangan Indonesia-India" di Jakarta, Senin. Dubes India untuk Indonesia Navrekha Sharma menegaskan bahwa antara Indonesia dengan India telah terbangun jalinan dagang yang sangat lama, yakni sejak abad pertama masehi. Keistimewaan hubungan bilateral dua negara, katanya lagi, semakin ditegaskan saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan PM India Manmohan Singh bersepakat membangun kemitraan strategis baru yang berpusat pada rakyat serta berbasis pada keleluasaan untuk meningkatkan kualitas hidup rakyat masing-masing. Salah satu terobosan yang mungkin ditempuh untuk itu adalah membentuk KDI sebagai wadah yang menghimpun kekuatan bersama pengusaha UKM untuk menembus pasar ekspor. KDI ini bukan sekedar kapal dagang dalam artian sempit, tetapi kapal dagang dalam artian sejarah, budaya sekaligus peradaban karena pada dasarnya berdagang tidak hanya transaksi semata tetapi juga melakukan interaksi budaya. Saat ini mitra perdagangan terbesar India di ASEAN adalah Singapura dan Malaysia serta Thailand. Ketiga negara itu memiliki jumlah lembaga terbanyak yang memiliki hubungan kerjasama dengan lembaga-lembaga bisnis sejenis di India. Sementara Indonesia bersama Laos hanya diwakili oleh satu lembaga perdagangan saja. Indonesia diwakili oleh Kadin. Menurut Konjen RI di Mumbay India, Tito Dos Santos Baptista, tidak berkembangnya perimbangan volume perdagangan Indonesia-India itu lebih diakibatkan masih digunakannya sistem perdagangan pola lama dan tidak diadopsinya perkembangan global. "Padahal pada 2010 nanti India merupakan pintu gerbang perdagangan di Asia. Karenanya Indonesia perlu mereformasi birokrasi dan administrasinya guna memberi kepercayaan dan kenyamanan investor menanamkan modalnya di Indonesia," katanya. Tito mengatakan bahwa dalam konteks bisnis global, seringkali Indonesia hanya fokus pada masuknya investor asing kedalam negeri. "Seharusnya ada perimbangan. Pintu investasi kita ke luar negeri juga harus dibuka karena bagaimanapun keuntungan investasi akan kembali lagi ke Indonesia," kata Tito. Saat ini nilai investasi Indonesia ke India jauh lebih kecil jika dibandingkan investasi India di Indonesia yang dilakukan para pengusaha India baik perorangan maupun konsorsium yang jumlahnya mencapai 89 perusahaan. Lebih dari 1,5 miliar dollar AS nilai investasi India telah masuk ke Indonesia dan investor-investor India lainnya mulai menjajaki peluang berinvestasi di industri perkeretaapian, kelistrikan serta pertambangan.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007