Tokyo (ANTARA News) - Takata Corp, perusahaan kantung udara (airbag) asal Jepang yang bertanggung jawab atas recall terbesar dalam industri otomotif, mengajukan perlindungan kebangkrutan di Amerika Serikat dan Jepang serta akan mencari bantuan senilai 1,6 miliar dolar (sekitar Rp 21 triliun) dari sebuah perusahaan di AS.

Sebagai salah satu kebangkrutan terbesar di Jepang, Takata bertanggung jawab atas tuntutan hukum dan biaya yang ditimbulkan akibat penarikan (recall) kantung udara selama satu dekade terakhir. Takata dipersalahkan atas kerusakan inflator kantung udara yang menyebabkan 16 orang tewas dan lebih dari 180 orang luka-luka di seluruh dunia.

Takata mengajukan kebangkrutan di AS pada Minggu (25/6) dengan beban tanggung jawab sebesar 10 sampai 50 miliar dolar. Adapun Takata di Jepang mengajukan perlindungan kebangkrutan kepada Pengadilan Distrik Tokyo pada Senin ini.

Bursa Saham Tokyo mengatakan saham perusahaan itu dihapus dari pencatatan mulai 27 Juli.

Pengajuan kebangkrutan tersebut akan menyelamatkan keuangan Takata karena pihak perusahaan sponsor dari KSS (Key Safety Systems) asal AS akan membantu Takata dengan mengeluarkan jutaan airbag pengganti.

(Baca: Takata di ambang kebangkrutan)

Di sisi lain, cara itu dinilai tidak akan menyelesaikan masalah secara menyeluruh.

Honda Motor Co sebagai pelanggan terbesar Takata, mengatakan pihaknya tidak mencapai kesepakatan akhir mengenai tanggung jawab atas recall airbag Takata. Honda akan terus berbicara dengan pihak pemasok guna mengantisipasi kesulitan dalam memenuhi klaim atas masalah itu.

Takata, perusahaan berusia 84 tahun, menghadapi tuntutan hukum dan biaya yang harus dibayar terkait recall kepada kliennya, termasuk Honda, BMW, Toyota Motor Corp dan merek lainnya.

Takata mengatakan melalui kesepakatannya dengan KSS, perusahaan dapat terus beroperasi tanpa gangguan.

"Kami percaya bahwa tindakan ini dilakukan di Jepang dan AS adalah cara terbaik untuk mengatasi biaya dan kewajiban yang terus berlanjut dari masalah inflator kantung udara dengan pasti dan secara terorganisir," kata Shigehisa Takada CEO Takata dalam sebuah pernyataan.

Jason Luo, Presiden dan CEO KSS, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa "kekuatan mendasar" bisnis Takata tidak berkurang meski terjadi recall airbag secara besar-besaran karena memiliki basis karyawan yang terampil, jangkauan geografis dan produk keselamatan lainnya seperti sabuk pengaman.

Sebagai bagian dari rencana perlindungan kebangkrutan, KSS akan mengakuisisi semua aset Takata yang membatasi aset dan operasi tertentu yang terkait dengan inflator airbag yang terlibat dalam penarikan global dalam kesepakatan yang direncanakan tersebut, kata kedua perusahaan tersebut.

Takata akan terus beroperasi untuk mengganti inflator yang terkena dampak serta memasok suku cadang pengganti recall, kemudian pada akhirnya akan menghentikan operasi tersebut, demikian Reuters.
Penerjemah:
Copyright © ANTARA 2017