Diperkenalkannya pembatasan gaji akan memaksa klub-klub untuk lebih rasional. "
Ljubljana (ANTARA News) -Asosiasi Federasi Sepak Bola Eropa (UEFA) akan mempertimbangkan secara serius untuk memperkenalkan pembatasan gaji guna membangun tingkat permainan, kata presiden badan itu, Aleksander Ceferin.

"Klub-klub terkaya bertambah kaya, dan celah antara mereka dengan lainnya semakin besar," ujarnya kepada majalah mingguan Mladina yang berbasis di Ljubljana, Slovenia.

Pembatasan itu, dikemukakannya akan ditujukan sebagai jembatan memperkecil celah di antara klub-klub terkaya Eropa dan lainnya, serta mencegah tim-tim papan atas menimbun pemain dalam daftar gajinya.

"Pada masa yang akan datang, kami akan harus mempertimbangkan secara serius kemungkinan membatasi anggaran pendanaan klub untuk gaji para pemain," ujarnya, sebagaimana dikutip kantor berita Reuters.

Walau tanpa memberikan kerangka waktu yang spesifik berkaitan dengan kebijakan UEFA itu, namun ia mengemukakan bahwa masalah anggota tim yang membengkak gara-gara banyak klub elit membeli pemain yang tidak mereka butuhkan dan "mereka berakhir di tempat yang tidak jelas."

"Diperkenalkannya pembatasan gaji akan memaksa klub-klub untuk lebih rasional. Ini akan menjadi pertempuran besa, dan memenanginya dalam opini saya akan mewakili perubahan bersejarah," ujarnya.

UEFA pada 2012 mulai memperkenalkan serangkaian peraturan berkaitan dengan keuangan yang adil (Financial Fair Play (FFP), yang dirancang untuk mencegah klub-klub menghabiskan uang lebih banyak daripada pemasukan mereka.

Namun, UEFA memperhalus peraturan itu tiga tahun kemudian untuk berusaha mendorong investasi baru dan tahan lama di klub sepak bola Eropa.

Ceferin, yang menggantikan Michel Platini sebagai Presiden UEFA pada September 2016, juga berkata bahwa organisasinya belum memiliki rencana untuk memperkenalkan video asisten wasit pada pertandingan-pertandingan.

Platini yang mantan pemain internasional dari Prancis diskors dari semua kegiatan terkait sepak bola lantaran pelanggaran kode etik, termasuk korupsi di UEFA maupun terlibat persengkongkolan di Asosiasi Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA).

Sistem Video Asisten Wasit (Video Assistant Referee/VAR) saat ini sedang diuji coba pada Piala Konfederasi di Rusia sebagai percobaan untuk Piala Dunia 2018.

"VAR akan memerlukan banyak pengujian untuk meyakinkan saya," kata Ceferin, pria Slovenia berusia 49 tahun.

Ia menimpali, "Kami tidak menolak teknologi, namun UEFA belum memiliki rencana-rencana untuk memperkenalkan VAR. Untungnya teknologi garis gawang telah disorot meski terdapat banyak kritik."

"Bagaimanapun, kami tidak boleh merusak irama permainan dengan memeriksa suatu kejadian selama beberapa menit setiap sepuluh menit," katanya.

VAR telah digunakan di Piala Konfederasi, di mana juara dunia Jerman dan juara Amerika Selatan akan bertemu pada final Minggu di St Petersburg.

Sistem itu telah membantu para wasit untuk mengambil keputusan yang tepat pada sebagian besar kasus, namun juga dikritik oleh sebagian pengamat dan penggemar sepak bola lantaran dianggap mengganggu jalannya permainan.

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2017