Jakarta (ANTARA News) - Sebagian masyarakat merasa khawatir sekaligus prihatin terkait penyerangan terhadap oknum kepolisian terus terjadi hingga saat ini.

Yatti Febriningsih (27) salah satunya. Perempuan asal Galur, Jakarta Pusat itu merasa prihatin bukan saja karena korban penyerangan adalah polisi, tetapi juga ada unsur agama yang disangkutkan.

"Prihatinnya bukan karena yang diteror itu adalah polisi. Tapi lebih pada tindakan si peneror. Yang bikin kecewa itu adalah tindakan mereka yang bawa-bawa agama. Kayak penikaman di Medan, mereka sambil teriak Allahu Akbar saat eksekusi," tutur dia kepada ANTARA News di Jakarta, Sabtu.

Menurut Yatti, tindakan peneror seakan memberikan label bahwa Islam adalah agama peneror.

"Miris aja jadinya, di agama Islam kan enggak bunuh-bunuhan apalagi sama orang yang belum jelas salahnya apa. Jadinya bikin Islam identik sama agama peneror gitu," kata dia.

Sementara itu, Hery Chariansyah memandang kejadian penyerangan yang menyasar polisi membuatnya merasa tidak aman sekaligus khawatir.

"Wah kalau sebagai masyarakat jelas kita merasa khawatir dan merasa tidak aman. Karena polisi sebagai aparat penegak hukum dan bersenjata saja mengalami penyerangan seperti itu apalagi kita masayarakat," ujar dia.

Hery berharap polisi melakukan penyelidikan mendalam atas masalah ini dan mengumumkan hasilnya pada publik.

"Polri harus mampu melakukan penyelidikan yang mendalam atas permasalahan ini, dan harus dikabarkan ke publik. Agar publik paham dan tenang," kata dia yang juga merupakan Direktur RAYA Indonesia itu.

Penyerangan terhadap polisi terjadi belakangan ini bahkan dua kasus sekaligus di bulan Juni lalu. Kasus pertama terjadi di Sumatera Utara ada Minggu (25/6) sekitar pukul 03.00 WIB.

Personel Yanma Polda Sumut Aiptu Martua Sigalinggung yang bertugas di pos jaga pintu keluar Mapolda Sumut harus meregang nyawa karena mengalami luka cukup parah di dada, tangan dan leher akibat penyerangan yang dia alami.   

Kasus lainnya terjadi Jumat (30/6) malam. Dua anggota Brimob ditikam usai menjalankan shalat Isya di Masjid Falatehan kawasan Trunojoyo, Jakarta Selatan. Usai menikam polisi, pelaku sempat mengancam jemaah masjid dengan mengacungkan pisau sangkurnya sambil meneriakkan thagut dan kalimat "Allahu Akbar".

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017