Mosul, Irak (ANTARA News) - Di antara reruntuhan gedung yang hancur, satu jalan sempit melingkar ke arah Masjid An-Nuri di Mosul, yang dicabik hingga berkeping-keping oleh anggota ISIS beberapa hari lalu Irak.

Di satu sudut lorong tersebut, dua prajurit dari Dinas Kontra-Terorisme Irak (CTS) berdiri dalam kebungkaman sambil bersandar ke tembok dan wajah tertunduk.

"Jangan Mengambil Gambar!" teriak kedua pemuda itu dengan keras, saat mereka melihat wartawan mendekat. Mereka tidak seperti tentara lain Irak yang biasanya mau diambil gambar.

Saat wartawan meletakkan kamera mereka, kedua prajurit tersebut berbalik dan melihat ke dalam gedung di belakang mereka, ketika beberapa rekan mereka berjalan ke luar bangunan. Mereka membawa usungan.

Di usungan itu tergeletak mayat seorang prajurit, yang dibungkus selimut kasar yang dinodai darah, lapor Xinhua. Ia kehilangan nyawa beberapa jam sebelumnya dalam pertempuran untuk merebut kembali Masjid An-Nuri, yang bersejarah, dan menara miringnya, yang terkenal. Masjid tersebut berada di jantung Mosul Barat.

Merebut kembali Masjid An-Nuri dipandang sebagai kemenangan besar buat militer Irak sebab masjid itu adalah tempat pemimpin ISIS Abu Bakr Al-Baghdadi pada Juli 2014 mengumumkan berdirinya kekhalifahan di seluruh dunia, dengan nama ISIS.

Pada Oktober 2016, Perdana Menteri Irak Haider Al-Abadi mengumumkan dimulainya perang untuk membebaskan Mosul. Mosul Timur dibebaskan pada penghujung Januari tahun ini.

Pada 18 Juni, militer Irak melancarkan serangan untuk membebaskan Kota Tua tersebut, wilayah terakhir yang masih dikuasai oleh petempur ISIS di Mosul Barat.

Tapi operasi itu telah berlarut sebab permukiman yang pada penduduk dan jalan yang sangat sempit di daerah tersebut menghalangi kemajuan tentara Irak.

Gerilyawan ISIS telah memasang perangkap, bom pinggir jalan dan penembak gelap untuk melawan tentara pemerintah. Militer tak pernah menyiarkan jumlah korban jiwa di pihak mereka, namun beberapa pengulas mengeluarkan peringatan mengenai perang di Mosul.

Abdullah Al-Obeidi, seorang ahli politik Irak, mengatakan petempur ISIS telah dikalahkan, tapi kekalahan mereka "tak pernah terjadi tanpa tebusan". Tebusan yang dibayar bukan hanya oleh tentara, tapi juga oleh warga sipil.

Menurut data statistik yang diberikan oleh PBB, sebanyak 100.000 orang terjebak di Kota Tua sebelum serangan dimulai.

Pada 23 Juni, seorang pelaku bom bunuh diri meledakkan dirinya di kalangan sekelompok warga sipil yang menyelamatkan diri dari pertempuran di Kota Tua, sehingga menewaskan tak kurang dari 12 orang.

Namun tak semua warga sipil berusaha menyelamatkan diri.

Di dalam satu ruang berukuran kecil di dekat garis depan di belakang Masjid An-Nuri, seorang perempuan terlihat di antara tentara CTS Irak, pemandangan yang langka di Irak.

Nama perempuan itu adalah Surour. Ia bekerja di sana sebagai tenaga medis bersama suaminya.

"Ini adalah kota kelahiran saya. Demikian banyak orang telah menemui ajal. Saya cuma mau membantu tentara kami. Mereka telah banyak berkorban," kata Surour. (Uu.C003)


Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017