Bandung (ANTARA News) - Jalan Tol Soreang-Pasirkoja (Soroja) Bandung, Jawa Barat, ditargetkan bisa beroperasi secara keseluruhan pada September 2017, kata Direktur PT Jasa Sarana Mulyadi.

"Progres Tol Soroja hingga saat ini pembangunan pintu tol sudah dimulai, nanti disambungkan ke Cileunyi," kata Mulyadi di Bandung, Senin.

PT Jasa Sarana, yang merupakan BUMD Jawa Barat menjadi salah satu pemegang saham PT Citra Marga Linta Jabar (CMLJ), pemegang proyek Tol Soreang Pasirkoja (Soroja).

PT Jasa Sarana, kata dia, juga menyampaikan permohonan maaf kepada warga yang selama ini berharap Tol Soroja bisa segera rampung awal 2017 namun karena ada beberapa kendala maka pengoperasian tol tersebut terus diundur.

Menurut dia, pembangunan fisik Tol Soroja hingga akhir Mei 2017 sudah mencapai 74 persen dan pada Agustus diperkirakan proses kontruksi sudah tuntas seluruhnya.

Ia mengatakan proyek pembangunan jalan tol tersebut sudah terlambat sekitar enam bulan dari target pengoperasian.

Keterlambatan ini dikarenakan ada masalah pembebasan lahan dan juga terkait dua masjid yang ada di badan jalan.

Selain itu, lanjut dia, faktor cuaca juga menjadi kendala dalam pembangunan Tol Soroja dan juga model pencarian tanah yang berbeda yang dulu urugan tapi saat ini berupa beton.

"Jadi ada masalah irigasi juga, kalau diurug semua akan potensi banjir besar, maka ini ada upaya agar penyerapan air masih leluasa," kata dia.

PT Jasa Sarana yang memiliki saham 10 persen di PT CMLJ ini berharap jalan tol segera selesai agar bisa menjadi solusi mengurangi kemacetan, menumbuhkan ekonomi masyarakat sekitar dan lingkungan tetap terjaga terutama daerah resapan air.

Sementara itu, Sekda Provinsi Jawa Barat Iwa Karniwa menuturkan PT CMLJ beralasan perkembangan tak signifikan ini terjadi karena masih ada kendala yang terjadi di lapangan dalam pengerjaan jalan tol sepanjang 10,55 km itu.

"Jadi walaupun pembebasan lahan sudah nyaris selesai namun salah satu masjid masih menunggu tahapan pembangunan. "Pembebasan lahan pun ternyata tidak mencukupi," kata dia.

Oleh karena itu, kata Iwa, pihak kontraktor melakukan proses desain ulang di lokasi Citeureup dan Tegal Caang dan kendala juga terjadi pada pengadaan tanah untuk timbunan dimana rata-rata quarry (tambang terbuka) belum memiliki izin galian C sehingga sering timbul masalah di lapangan.

"Padahal secara anggaran tidak ada masalah. Lalu jarak dari quary menuju lokasi proyek sempit sehingga tidak memungkinkan indek24 melewati. Kondisi ini diperburuk dengan lokasi quarry yang rata-rata jauh dari lokasi proyek tol," kata dia.

Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017