Surabaya (ANTARA News) - Sekolah-sekolah SMA negeri di pusat Kota Surabaya hingga hari kedua dibukanya Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) masih sepi pendaftar, berbanding terbalik dengan sekolah SMA negeri di pinggiran kota Surabaya.

Di SMAN 1 Surabaya, dari total pagu yang tersedia yakni sebanyak 211 kursi hingga pukul 18.00 WIB pendaftar di SMAN 1 Surabaya baru mencapai 58 pendaftar dan pilihan kedua hanya 23 pendaftar.

Hal serupa juga terjadi di SMAN 6 Surabaya. Sekolah yang berada di sebelah gedung negara Grahadi itu menyediakan pagu sebanyak 243 kursi. Namun hingga memasuki hari kedua, jumlah pendaftar baru terhitung 85 siswa pilihan satu dan 42 siswa pilihan kedua.

Sementara di SMAN 9 Surabaya yang termasuk dalam sekolah komplek Surabaya juga sepi pendaftar. Jumlah pendaftarnya baru 97 siswa sebagai pilihan pertama dan 83 siswa di pilihan kedua.

Ketua Panitia PPDB SMAN 1 Surabaya Sunarko mengakui, tahun ini menjadi tahun paling sepi dari pada tahun-tahun sebelumnya. Masyarakat yang datang mengunjungi sekolah bahkan bisa dihitung jari.

"Hari pertama kemarin paling Cuma sepuluh orang. Hari ini paling baru lima orang," kata dia saat ditemui di sekolah setempat, Selasa.

Dia menambahkan, pengunjung posko PPDB umumnya adalah siswa luar provinsi atau luar kota yang ingin konsultasi terkait aturan PPDB. Selain itu, mereka juga berkepentingan untuk mengurus PIN.

"Sampai pendaftaran hari terakhir kan PIN masih bisa diterbitkan. Meskipun tidak ada yang berkunjung, kita akan tetap standby," tutur dia.

Sunarko mengakui, pada hari kedua pendaftaran ini jumlah siswa yang sudah memilih sekolah masih sangat minim. Namun itu diakuinya hanya karena masalah waktu. Menjelang akhir pendaftaran, pihaknya yakin pagu akan terisi penuh.

"Cuma khawatirnya kalau semua mau daftar di akhir-akhir sistemnya yang terus lemot. Sebenarnya maklum juga, orang kan juga masih melihat peluang masuknya," tutur Sunarko yang juga Wakil Kepala Kesiswaan SMAN 1 Surabaya ini.

Sementara itu, SMA negeri yang terletak di pinggiran Kota Surabaya justru diminati para pendaftar PPDB. Seperti halnya SMAN 13 Surabaya yang terletak di daerah Lidah Kulon, Surabaya ini berhasil melebihi pagu yang tersedia.

Dari pagu yang tersedia sebanyak 295 kursi, jumlah pendaftar untuk pilihan pertama telah mencapai 340 siswa dan 293 siswa pilihan kedua. Hal serupa juga terjadi di SMAN 22 Surabaya yang terletak di Balasklumprik, Wiyung itu telah mengoleksi 192 pendaftar pilihan pertama dan 398 pendaftar pilihan kedua.

Kepala Dinas Pendidikan Jatim Saiful Rachman mengatakan dengan adanya sistem zonasi ini pihaknya menginginkan adanya pemerataan pendidikan. Hal itu, kata dia sudah mulai terlihat dari tren pendaftaran di PPDB tahun ini.

Menurut Saiful, tingginya antusiasme masyarakat di sekolah-sekolah pinggiran, otomatis pemerataan pendidikan akan segera dapat terwujud. Sementara untuk sekolah-sekolah di pusat kota, lanjut dia, dipastikan akan terisi.

"Hanya saja wali murid dan siswa masih dalam melihat peluang yang ada. Di daerah lain, seperti Bojonegoro dan Sidoarjo. Sekolah-sekolah pinggiran juga sudah terpenuhi semua pagunya," tutur Saiful.

Kendati yakin seluruh pagu akan terisi, Saiful mengaku tetap akan melakukan antisipasi pemenuhan pagu.

"Mekanismenya akan dibahas hari ini bersama Gubernur Jatim. Grafik pergerakan data pendaftar itu akan menjadi acuan kami dalam menentukan kebijakan terkait pemenuhan pagu," kata dia.

Saiful mengaku, tidak menutup kemungkinan pemenuhan pagu akan dilakukan dengan memperpanjang jadwal PPDB. Atau dengan menjaring siswa dalam satu zona yang telah mendaftar secara daring.

"Intinya pagu harus terpenuhi. Kalau banyak yang akan mendaftar di akhir-akhir, kita juga harus mengantisipasi server yang ada," ujar dia.

Pewarta: Indra/Willy
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017