New York (ANTARA News) - Harga minyak dunia berakhir lebih tinggi untuk hari kedua berturut-turut pada Selasa (Rabu pagi WIB), karena data pemerintah menunjukkan produksi minyak Amerika Serikat diperkirakan akan menurun pada tahun depan.

Badan Informasi Energi Amerika Serikat, Selasa (11/7), memperkirakan pengeboran minyak Amerika Serikat akan menghasilkan 9,9 juta barel per hari pada 2018, lebih rendah dari perkiraan bulan lalu sebesar 10 juta barel per hari.

Sementara itu, melemahnya dolar AS juga memacu sentimen pasar minyak yang dihargakan dalam dolar AS.

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate untuk pengiriman Agustus, naik 64 sen menjadi 45,04 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Sementara itu, patokan Eropa, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman September, naik 64 sen menjadi ditutup pada 47,52 dolar Amerika Serikat per barel di London ICE Futures Exchange.

Sehari sebelumnya, Senin (Selasa pagi WIB), harga minyak dunia berakhir sedikit lebih tinggi, setelah menurun tajam pekan lalu.

Harga minyak berada di bawah tekanan pada minggu lalu, karena data menunjukkan produksi minyak AS meningkat. Perusahaan jasa ladang minyak, Baker Hughes, mengatakan, Jumat (7/7), jumlah rig pengeboran minyak AS yang aktif naik tujuh rig menjadi 763 rig minggu lalu.

Para analis mengatakan meskipun harga minyak rebound Senin (10/7), investor masih sangat khawatir dengan meningkatnya aktivitas pengeboran AS, karena akan mengimbangi beberapa upaya penurunan produksi oleh produsen-produsen minyak utama, khususnya OPEC dan Rusia.

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017