Jakarta (ANTARA News) - Country Director Palo Alto Networks Indonesia, Surung Sinamo, memperkirakan serangan siber akan terus meningkat skala dan intensitasnya.

"Kami tidak melihat akan menurun, bahkan yang kami percaya akan meningkat dari skala dan intensitasnya," kata Surung di Jakarta, Kamis.

Ia memperkirakan empat serangan siber yang berpotensi menyerang industri, yakni:

1. DOS

Distributed Denial of Service (DDOS) atau penolakan layanan secara terdistribusi merupakan salah satu serangan Denial of Service yang menggunakan banyak host penyerang.

"Ini salah satu yang paling sering kita lihat. DDOS itu tujuannya untuk melumpuhkan service secara tidak langsung. Hal ini secara tidak langsung dapat memengaruhi pendapatan atau bisnis tapi tidak mencuri data," ujar Surung.

2. Defacing

Defacing
merupakan bagian dari kegiatan hacking web atau program application yang fokus pada perubahan tampilan visual.

"Itu lebih ke arah mengubah web dari satu perusahaan dan itu lebih ke arah image. Mungkin tidak secara langsung dirugikan perusahaannya, tetapi reputasinya terganggu dan secara tidak langsung bisa berpengaruh ke pendapatan," kata Surung.

3. Ransomware

Surung memprediksi Ransomware semakin marak. Modus kejahatan siber Ransomware adalah menyandera atau mengunci data milik korban, kemudian meminta uang tebusan bila ingin data tersebut bisa diakses kembali.‬

"Kami percaya frekuensi dari serangan Ransomware akan semakin banyak. Varian-varian baru dari Ransomware juga akan semakin beragam. Apalagi serangan ini kan sangat menguntungkan bagi pelakunya. Mereka tentunya tidak tinggal diam untuk melahirkan varian-varian baru," ujar dia.

4. Pencurian data

Surung menjelaskan kejahatan pencurian data sebelumnya telah menimpa beberapa perusahaan besar seperti perusahaan ritel Amerika Serikat Target dan Sony Entertainment.

"Malware sengaja di-inject untuk mencuri data rahasia (pada Sony) atau data customer (pada Target), kemudian dikirm ke command center," ujar Surung.

"Data (yang dicuri) ini bisa digunakan macam-macam, bisa dijual ke black market atau  juga bisa dipakai untuk melakukan kejahatan lain, misalkan kemudian dipakai untuk phising email (email tipuan) yang kemudian bisa menjadi celah untuk masuknya malware selanjutnya," tambah dia.


Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017