Selasa 20 Juni lalu Mohammed bin Nayef, pangeran mahkota yang juga tokoh kuat dalam aparatur keamanan Arab Saudi selama dua dekade terakhir dan yang pertama dalam garis utama penerus tahta raja, diminta menghadap Raja Salman bin Abdulaziz di lantai empat istana kerajaan di Mekah.

Di sana, menurut sebuah sumber yang dekat kepada MbN, panggilan akrab Mohammed bin Nayef, raja memerintahkan dia untuk mundur demi memberi jalan kepada putra kesayangan sang raja, Pangeran Mohammed bin Salman. Alasannya: kecanduan obat pemati rasa telah menyelimuti penilaian terhadap MbN.

"Raja muncul untuk menemui MbN dan hanya mereka berdua di ruang itu. Beliau bilang kepada pangeran 'Saya ingin Anda mundur, Anda tidak mendengarkan nasihat agar mendapatkan perawatan atas kecanduan Anda yang berdampak membahayakan terhadap keputusan-keputusan Anda," kata sang sumber yang dekat kepada MbN.

Rincian terbaru mengenai detail pertemuan luar biasa antara sang raja dan MbN yang menyerupai kudeta istana de facto itu telah semakin memperjelas peristiwa-peristiwa yang mengubah kepemimpinan di negara pengekspor minyak terbesar dunia itu.

Reuters tak dapat mengonfirmasi kebenaran masalah kecanduan obat yang diderita MbN.

Seorang pejabat senior Saudi menyebut kesaksian itu tidak berdasar dan tidak benar, bahkan omong kosong.

"Kisah yang dilukiskan di sini adalah fantasi ala Hollywood," kata sang pejabat dalam pernyataan tertulis kepada Reuters yang tidak merujuk kepada tuduhan penggunaan obat-obatan oleh MbN.

Sang pejabat menyebutkan MbN diberhentikan demi kepentingan nasional dan dia tidak menghadapi tekanan dan pelecehan apa pun. Sedangkan, alasan pemberhentian adalah rahasia.

Namun sumber-sumber yang mengetahui situasi itu menyebut raja berniat menaikkan putranya sendiri sebagai pewaris tahta dan memanfaatkan masalah ketergantuan obat-obatan MbN sebagai dalih untuk menyingkirkan sang pangeran mahkota.

Tiga orang dalam istana, empat pejabat Arab yang punya kaitan kuat dengan Wangsa Saud yang  berkuasa di Saudi, dan para diplomat Timur Tengah, berkata kepada Reuters bahwa MbN kaget telah diperintahkan untuk meletakkan jabatan.

"Sangat mengagetkan MbN," kata seorang sumber politik Saudi yang dekat kepada MbN. "Ini kudeta. Dia tidak siap."

Sumber-sumber mengatakan MbN tidak mengira bakal disisihkan oleh Mohammed bin Salman yang kerap impulsif yang dianggap MbN telah menciptakan banyak blunder dalam berkebijakan, seperti cara dia menangani konflik Yaman dan memangkas gaji pegawai negeri.

Alih kekuasaan tingkat tinggi itu telah mempercepat pemindahan kekuasaan kepada Mohammed bin Salman, pangeran yang masih berusia 32 tahun, yang juga akrab disapa MbS, dan tampaknya dirancang untuk mempercepat masuknya pangeran ke tahta raja.

Begitu dia menjadi raja nanti, sang pangeran muda akan memimpim kerajaan yang kini sedang menghadapi masa-masa sulit mulai dari harga minyak yang terus turun, konflik Yaman, persaingan dengan Iran yang sekarang makin percaya diri, dan krisis diplomatik hebat di Teluk terkait Qatar.

Sumber dekat MbN mengakui bahwa dia memang menghadapi masalah kesehatan yang memburuk setelah seorang penyerang Alqaeda meledakkan diri di depan MbN di istana dia pada 2009. Masalah kesehatan itu diperkuat oleh tiga sumber lain di Arab Saudi dan sumber-sumber resmi Arab yang punya hubungan dekat dengan keluarga kerajaan.

Seorang sumber Arab yang dekat dengan lingkaran Saudi juga memberikan kesaksian yang sama mengenai pertemuan itu di mana Raja Salman meminta MbN mundur karena dugaan kecanduan obat-obatan.

Sumber-sumber ini menyebutkan bahwa MbN mempunyai pecahan peluru dalam tubuhnya yang tidak bisa disingkirkan dan oleh karena itu dia menjadi tergantung kepada obat-obatan seperti morfin untuk mengurangi rasa sakit. Seorang sumber mengatakan bahwa MbN pernah dirawat di klinik-klinik di Swiss selama tiga kali dalam beberapa tahun belakangan.

Reuters tak dapat mengonfirmasi kebenaran kesaksian ini.

Kudeta Istana

Raja memajukan rapat Dewan Politik dan Keamanan. Rapat itu tadinya akan mulai pukul 11 malam, namun beberapa jam sebelum itu, MbN menerima apa yang dia anggap sebagai panggilan telepon biasa dari Mohammed bin Salman. Menurut sumber yang dekat kepada MbN, Mohammed bin Salman berbicara kepada MbN bahwa raja ingin bertemu dengan dia.

Beberapa jam kemudian sampai rapat itu mulai ketika MbN sudah diberhentikan, Majelis Dewan Kesetiaan Wangsa Saud, yang terdiri dari anggota-anggota senior dinasti kerajaan Saudi, diberi tahu soal surat yang ditulis atas nama raja itu.

Dirancang oleh para penasihat istana untuk MbS, surat itu menyebutkan bahwa MbN menghadapi kondisi kesehatan -ketergantungan obat- dan "kami sudah berusaha selama dua tahun dengan membujuk dia untuk berobat tetapi tidak ada kemajuan".

"Mengingat situasi yang berbahaya ini kami memandang bahwa dia harus dibebaskan dari posisinya dan bahwa Mohammed bin Salman diangkat di istana dia," kata sumber Saudi yang dekat dengan MbN mengutip salinan surat itu.

Surat itu diperdengarkan lewat telepon kepada para anggota Dewan Kesetiaan, sedangkan MbN diisolasi di sebuah ruangan sepanjang malam, telepon genggamnya dijauhkan sehingga tak bisa menjalin kontak dengan orang-orang dekatnya. Para pengawalnya dari unit paramiliter elit kementerian dalam negeri juga diganti.

Utusan dikirimkan ke para anggota dewan untuk mendapatkan tanda tangan mereka untuk surat itu. Semua dari 34 orang, kecuali tiga orang, menandatangani surat itu. Kudeta pun berhasil.

Seruan dari para anggota dewan yang mendukung pemberhentian MbN direkam dan diputarkan kepada MbN oleh seorang penasihat istana untuk menunjukkan besarnya kekuatan yang melawan dia dan mengecilkan setiap bantahan sang pangeran mahkota berusia 57 tahun itu akan menghadapi perlawanan.

Menurut dua sumber Saudi yang punya koneksi ke keluarga kerajaan, hanya tiga anggota Dewan Kesetiaan yang menolak pemberhentian sang pangeran mahkota: Ahmed bin Abdulaziz, mantan menteri dalam negeri, Abdulaziz bin Abdullah,wakil keluarga mendiang Raja Abdullah, dan Pangeran Mohammad bin Saad, mantan wakil gubernur Riyadh. Ketiganya sudah tak bisa lagi dihubungi Reuters untuk dimintai komentar.

Pagi harinya MbN menyerah. Dia berkata kepada seorang penasihat istana bahwa dia siap bertemu dengan raja. Pertemuan itu singkat. MbN setuju mundur dan menandatangani sebuah dokumen yang menyatakan keputusan itu berlaku.

Saat MbN meninggalkan raja, dia kaget mendapati MbS sudah menunggu dia, kata sang penasihat. MbN dipeluk dan dicium oleh MbS di bawah sorotan kamera televisi.

Segera setelah itu sebuah draft pernyataan dirilis, mengumumkan bahwa raja telah memutuskan putranya menjadi putra mahkota. Cuplikan video inilah yang diputar oleh media massa Saudi dan Teluk selama berjam-jam dan berhari-hari.

Tahanan rumah

MbN masih berada dalam status tahanan rumah demi mencegah dia berkeliaran menyusul pemberhentian dia, dengan tidak satu pun tamu dibolehkan bertemu kecuali orang-orang dekat keluarga. Dia tidak menelepon siapa-siapa, kata sumber yang dekat dengan MbN.

Pekan lalu dia diizinkan mengunjungi ibunya yang sudah renta dengan ditemani dua pengawal baru yang ditugaskan mengawal dia.

Namun pejabat senior Saudi itu menyebutkan bahwa MbN menerima banyak tamu, termasuk raja dan pangeran mahkota yang baru.

Sumber yang dekat dengan MbN mengatakan bahwa dia ingin membawa serta keluarganya ke Swiss atau London, tetapi raja dan MbS memutuskan dia harus tetap di Saudi. "Dia tidak beri pilihan lain."

Gedung Putih dan CIA menolak mengomentari perkembangan di Saudi ini. Seorang pejabat senior pemerintahan mengungkapkan bahwa Washington tahu MbS kesayangan raja, namun di luar itu sama sekali tak mengetahuinya.

Naiknya MbS sudah diprediksi oleh para pejabat Saudi dan Barat, namun kenaikan itu jauh lebih cepat dari yang sudah diperkirakan, dalam mana MbN tersingkir sangat cepat .

Sejak penobatan Raja Salman sudah ada isyarat tegas bahwa MbS lebih difavoritkan ketimbang MbN, dengan menyiapkan panggung untuk pangeran muda guna meratakan jalan ke tahta raja.

MbS dianugerahi kekuasaan yang luar biasa oleh sang raja berusia 81 tahun yang merupakan ayahandanya itu. Dia dianugerahi jabatan tinggi dalam bidang politik, minyak, keamanan, dan intelijen, yang sering kali tanpa sepengetahuan MbN, kata para diplomat dan sumber-sumber politik serta keamanan Saudi.

Sejak Salman dinobatkan sebagai raja dua tahun lalu, MbS telah menempatkan orang-orang dekatnya dalam posisi-posisi kunci. MbS juga mencampuri masalah kementerian dalam negeri yang menjadi domain MbN, dengan menunjuk, mempromosikan dan memecat pejabat kementerian ini tanpa memberi tahu MbN.

Pertengkaran soal suksesi ini, kata para sumber, mulai terjadi pada 2015 ketika dewan MbN dibubarkan untuk disatukan dengan dewan raja sehingga MbN dicegah mendapatkan patronase independen dan memupuk dukungan. Langkah ini diikuti dengan memecat Saad al-Jabri, penasihat keamanan MbN.

Ketika Donald Trump masuk Gedung Putih, MbS memupuk kontak di Washington untuk mengimbangi dukungan kuat yang sudah dipupuk MbN dari elite mapan keamanan dan intelijen AS berkat keberhasilan dia melawan Alqaeda.

Sumber yang dekat dengan MbN itu berkata kepada Reuters bahwa kudeta itu terjadi setelah MbS membina hubungan yang erat dengan menantu dan sekaligus penasihat Presiden Trump, Jared Kushner.

Seorang pejabat Gedung Putih menolak berkomentar saat ditanya mengenai hubungan Kushner dengan MbS.

Sang pejabat, menanggapi pencopotan MbN dari posisi Pangeran Mahkota dan penaikkan MbS ke posisi pangeran mahkota, hanya berkata: "Pemerintah Amerika Serikat juga tak ingin mengintervensi atau terlihat mengintervensi masalah dalam negeri yang sensitif itu. Kami menaruh hormat besar kepada Raja, Pangeran Mohammed bin Nayef dan Pangeran Mohammed bin Salman dan kami konsisten menekankan hasrat kami untuk memperkuat hubungan dengan KSA (Kingdom of Saudi Arabia, Kerajaan Arab Saudi) dan kepemimpinannya. Pesan ini sudah dikomunikasikan kepada semua level pemerintah."

Karena peningkatan lebih cepat status MbS sebagai pangeran mahkota itu kini merebak spekulasi di kalangan diplomat dan pejabat Saudi dan Arab bahwa Raja Salman akan lengser untuk memberi jalan kepada putra kesayangannya itu.

Mengutip saksi di istana Saud, seorang sumber Saudi mengatakan bahwa Raja Salman bulan ini akan membuat pernyataan pra-rekaman bahwa dia akan mengalihkan tahta kepada sang putra. Pengumuman itu akan disiarkan suatu waktu nanti, paling cepat September.

Sumber: Reuters

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017