Johannesburg (ANTARA News) - Pemerintah mengharapkan Afrika Selatan bisa menjadi pintu masuk produk-produk asal dalam negeri, khususnya untuk negara-negara di kawasan Afrika yang tergabung dalam Southern African Custom Union (SACU).

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasioal Kementerian Perdagangan Arlinda mengatakan bahwa Afrika Selatan merupakan negara terbesar yang tergabung dalam SACU. SACU beranggotakan lima negara yakni Botswana, Lesotho, Namibia, Swaziland dan Afrika Selatan.

"Indonesia melihat Afrika Selatan sebagai pusat investasi, perdagangan dan juga pintu gerbang untuk mengakses pasar Afrika. Khususnya, untuk membuka kerja sama perdagangan dengan negara anggota SACU," kata Arlinda, saat memberikan sambutan pada Indonesia-South Africa Business Forum, di Johannesburg, Kamis waktu setempat.

Sejauh ini, hubungan perdagangan Indonesia dan Afrika Selatan masih terkendala adanya pengenaan tarif impor yang tinggi. Bea masuk impor di Afrika berkisar 20-40 persen, hal tersebut tentunya mengurangi daya saing produk dalam negeri karena tidak mendapatkan perlakuan yang wajar.

Pemerintah berencana membuka opsi dan mendalami adanya kemungkinan untuk menyepakati Preferential Trade Agreement (PTA) guna menyelesaikan masalah tersebut, baik dengan Afrika Selatan meupun juga dengan negara-negara anggota SACU.

"Saya yakin, penurunan tarif menjadi salah satu aspek yang dapat meningkatkan nilai perdagangan antara Indonesia dan Afrika Selatan. Demikian pula dengan negara-negara anggota SACU," ujar Arlinda.

(Baca: Pemerintah buka peluang kerja sama pengusaha Indonesia-Afsel)

Sementara itu, Duta Besar Indonesia untuk Afrika Selatan Suprapto Matosetomo mengatakan bahwa jika produk-produk Indonesia bisa mampu masuk dan bersaing, maka produk tersebut akan bisa diterima oleh negara lain yang masuk dalam jalur distribusi Afrika Selatan.

"Saya lihat, produk-produk yang ada di negara tetangga itu berasal dari Afrika Selatan. Pengaruhnya yang luar biasa ke negara tetangga, ini yang kita katakan sebagai pintu masuk bagi produk Indonesia," kata Suprapto.

Sejauh ini, total perdagangan kedua negara pada 2016 baru berada pada kisaran satu miliar dolar Amerika Serikat. Dari total nilai perdagangan tersebut, nilai ekspor mencapai 727,8 juta dolar AS dan impor senilai290,8 juta dolar AS, sehingga Indonesia mengantongi surplus sebesar 437 juta dolar AS.

Produk ekspor Indonesia ke Afrika Selatan antara lain kelapa sawit, karet, otomotif produk, bahan kimia, sepatu, dan kakao. Sementara produk impor Indonesia dari Afrika Selatan adalah bubuk kayu, alumunium, buah-buahan, dan tembaga.

"Tarif impor masih tinggi, juga ada kendala nontarif," kata Suprapto.

(Baca juga: Pemerintah ajak pengusaha Afsel hadiri TEI 2017)

Berdasarkan pengamatan KBRI Pretoria, Afrika Selatan, salah satu tarif impor Afrika yang cukup tinggi adalah untuk produk furnitur sebesar 20 persen, sementara produk garmen anak mencapai 40-50 persen. Diharapkan, jika disepakati kedua belah pihak, opsi penurunan tarif tersebut bisa mendongkrak ekspor Indonesia.

Pemerintah berharap dapat mempercepat terbentuknya PTA agar dapat mendorong perdagangan yang seimbang dengan negara-negara di Afrika. Kemendag mendorong kerja sama bilateral yang seimbang dengan Afrika sehingga bisa memperlancar akses arus barang.

Pemerintah menyatakan telah melakukan kajian komprehensif sehingga bisa menetapkan hal-hal yang masuk dalam daftar penawaran dan daftar permintaan yang dituangkan dalam PTA.

Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2017