Ternyata bisa, murah meriah, cost (biaya) rendah. Tanpa melihat cuaca
Jakarta (ANTARA News) - Di tengah heboh masalah garam yang langka ditemui di beberapa wilayah, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menyebut Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) memiliki teknologi untuk mengatasi kelangkaan garam.

"Ternyata BPPT itu sudah sangat bisa bikin garam. Selama ini belum. Akhirnya tadi saya lapor Wakil Presiden, saya besok rapat dengan ahli garam dari tempatnya Pak Menristek Dikti. Ternyata bisa, murah meriah, cost (biaya) rendah. Tanpa melihat cuaca," kata Luhut seusai penganugerahan gelar Perekayasa Utama Kehormatan di Gedung BPPT, Jakarta, Kamis.

Teknologi itu akan dibahas Luhut dalam rapat bersama Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir.

Menurut Luhut, jika teknologi itu layak, maka bisa langsung diterapkan, terlebih jika benar maka biayanya bisa lebih rendah dan tidak terpengaruh cuaca.

"Sehingga produksinya bisa kita angkat sehingga kita tak perlu impor lagi," kata Luhut.

Teknologi BPPT ini bahkan disebutnya bisa mulai diaplikasikan di Kupang, Nusa Tenggara Timur. "Setelah Kupang jadi, langsung kita bikin di Madura dan sebagainya," sambung Luhut.

Kepala BPPT Unggul Priyanto menyatakan lembaganya menaruh perhatian khusus kepada krisis garam nasional terutama untuk konsumsi dan industri.

BPPT menyebut pembangunan lahan garam terintegrasi yang memudahkan petani panen dengan kadar garam tinggi (hanya 4-5 hari) bisa dilakukan dengan cara membangun reservoir air laut bertingkat dan mekanisasi metode panen.

"Perlu juga dilakukan pendirian industri garam multiproduk, selain garam bisa dihasilkan produk bittern untuk industri makanan, minuman, suplemen, maka akan turut menjawab masalah perekonomian," kata Unggul.

Sebagai upaya meningkatkan produksi garam nasional, perlu dukungan infrastruktur di daerah curah hujan rendah seperti NTT dan Sulawesi Selatan yang bisa dijadikan sentra garam nasional.

Sebelumnya, pemerintah memutuskan menugaskan PT Garam untuk mengimpor 75.000 ton garam konsumsi dari Australia guna memenuhi kebutuhan garam sekaligus menstabilkan harga.

Garam impor ini akan tiba di Tanah Air melalui tiga pelabuhan besar; Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, Pelabuhan Belawan Sumatra, dan Pelabuhan Ciwandan Banten, 10 Agustus mendatang.

PT Garam juga menunggu hasil panen raya garam bulan ini yang diharapkan bisa menghasilkan 350 ribu ton, dan panen dari petani bisa mencapai satu juta ton sehingga total ada tambahan pasokan garam 1,3 juta ton.

Adapun produksi garam di PT Garam per 30 Juni 2017 adalah 3.900 ton.


Pewarta: Ade Irma Junida
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017