Japan Tobacco Inc akan mengeruk keuntungan berupa devisa Indonesia yang lari ke Jepang, sementara masyarakat dan pemerintah hanya bisa `gigit jari` dengan sampah produk rokok, yaitu penyakit dan biaya kesehatan yang tinggi."
Jakarta (ANTARA News) - Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengatakan akuisisi Japan Tobacco Inc terhadap dua anak perusahaan rokok PT Gudang Garam akan meningkatkan jumlah perokok di Indonesia.

"Pimpinan Japan Tobacco Inc sendiri mengatakan Indonesia merupakan pasar tembakau kedua terbesar di dunia. Mereka akan menggempur Indonesia dengan iklan dan promosi yang lebih masif," kata Tulus melalui pesan singkat di Jakarta, Selasa.

Tulus mengatakan Japan Tobacco Inc, sebagaimana produsen tokok multinasional lainnya, sudah mulai tergencet dengan aturan pembatasan tembakau yang ketat di negaranya. Karena itu, mereka kemudian lari ke Indonesia untuk memasarkan produknya.

Menurut Tulus, mereka memanfaatkan aturan pengendalian tembakau yang rendah dan lemah di Indonesia dan prevalensi merokok di kalangan remaja dan anak-anak yang cenderung meningkat.

"Mereka menyasar remaja dan anak-anak Indonesia sebagai pangsa pasar utama dan investasi jangka panjang industri rokok. Mereka akan menggempur remaja dan anak-anak Indonesia dengan iklan dan promosi rokok," tuturnya.

Peningkatan jumlah perokok, kata Tulus, akan berdampak pada peningkatan penyakit akibat rokok yang harus ditanggung negara melalui program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

"Japan Tobacco Inc akan mengeruk keuntungan berupa devisa Indonesia yang lari ke Jepang, sementara masyarakat dan pemerintah hanya bisa gigit jari dengan sampah produk rokok, yaitu penyakit dan biaya kesehatan yang tinggi," katanya.

Japan Tobacco Inc telah mengakuisisi dengan membeli 100 persen saham dua anak perusahaan PT Gudang Garam, yaitu PT Surya Mustika Nusantara dan PT Karyadibya Mahardhika senilai 667 juta dolar Amerika Serikat.

Aksi korporasi perusahaan rokok multinasional dengan mengakuisisi kepemilikan saham perusahaan rokok nasional sebelumnya dilakukan Philip Morris Internasional terhadap PT HM Sampoerna.

Tulus menduga aksi korporasi tersebut oleh sebagian kalangan akan dianggap sebagai hal yang positif dari sisi ekonomi dan investasi.

Hal tersebut akan dianggap sebagai prestasi bahwa situasi dan kondisi investasi di Indonesia semakin kondusif dan akan semakin menggerakkan sektor riil.

"Padahal, jika dicermati secara mendalam, hal itu justru akan menimbulkan potensi bencana ekonomi dan sosial bagi Indonesia, baik janga pendek, menengah maupun jangka panjang," katanya.

Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017