Sejumlah tokoh dan seniman Betawi akan tampil membaca puisi dalam acara bertajuk "Betawi Berpuisi Buat Indonesia". Sebagian puisi yang dibacakan itu ditulis dengan menggunakan bahasa Betawi.

Acara itu sengaja diselenggarakan pada Sabtu, 12 Agustus 2017, dalam rangka memperingati Hari Puisi Indonesia 2017.

Namun bagi penyelenggaranya, Komunitas Baca Betawi, acara itu juga dimaksudkan untuk mempromosikan dan meningkatkan budaya literasi di Indonesia, khususnya kaum Betawi.

Karena itu kegiatan itu akan dirangkai dengan musikalisasi puisi, ngebuleng, aksi penulisan puisi terpanjang, parade puisi pelajar, sohibul hikayat, puisi berantai, sketsa Betawi, tari Betawi, dan bazar buku.

Dalam acara yang akan berlangsung di di Gedung Laboratorium Tari dan Musik Karawitan, Jl. Balai Rakyat, Condet Balekambang, Kramatjati, Jakarta Timur, itu tokoh dan seniman Betawi yang bakal hadir antara lain H Zainuddin MHSE, Yahya Andi Saputra, JJ Rizal, Kubil AJ, Kong Guntur Elmogas, dan Tutur Denes.

Juga Suaeb Mahbub, Fifi Firman Muntaco, Jaronah Abdullah, Syamsudin Bahar Nawawi, Fadjriah N, Mamat Nurzaman, Nana Sendiz, Rian Hamzah, Tetet Srie WD, Beryl Gondrong, Asep Setiawan, Yahyal Zas, Jumala Ridwan, Syamsudin Bahae, Nila, Bambang Oeban, dan Zahrudin.

Menurut Humas HPI 2017, Rachmad Sadeli, maksud dan tujuan digelarnya kegiatan itu adalah untuk memasyarakatkan puisi, dan mengenalkan bentuk-bentuk puisi.

Selain itu juga untuk menggali potensi menulis, khususnya puisi, dan menanamkan budaya membaca dan menulis di kalangan masyarakat.

Hari Puisi Indonesia, menurut Rahmad, adalah perayaan rutin tahunan yang berjalan sejak lima tahun lalu. Deklarasi Hari Puisi Indonesia yang diprakarsai oleh penyair Rida K Liamsi dan para inisiatornya pada 22 November 2012 lalu menghimpun para penyair Indonesia dari Sabang sampai Merauke yang bersepakat mendeklarasikan Hari Puisi Indonesia di Pekanbaru, Riau.

Pada pertemuan itu ditetapkan bahwa Hari Puisi Indonesia jatuh pada hari lahirnya penyair Chairil Anwar, yaitu 26 Juli sebagai wujud penghormatan bangsa ini kepada penyair yang telah mengangkat nama Indonesia di mata dunia. Deklarasi dibacakan oleh Presiden Penyair Indonesia, Sutardji Calzoum Bachri didampingi 40 penyair se-Indonesia.

Beberapa tahun belakangan ini, katanya, pelaksanaan Hari Puisi Indonesia tidak lagi terpusat, tetapi juga dilakukan dengan berbagai pelaksanaan yang berbeda di seluruh Nusantara.

"Sastrawan di tiap daerah dapat mandiri melaksanakannya serta tak harus sama dengan yang digelar di kota-kota lain, sehingga kegiatan Hari Puisi Indonesia ini semakin marak dan masyarakat dapat ikut merayakannya," kata Rahmad.

Komunitas Baca Betawi yang menjadi penyelenggara kegiatan merupakan komunitas yang memiliki kepedulian sekaligus menggerakan masyarakat, khususnya kaum Betawi agar memiliki minat baca.

"Baca Betawi ingin mempromosikan dan meningkatkan budaya literasi di Indonesia, khususnya kaum Betawi. Mengingat minat baca kaum Betawi masih terbilang rendah," kata Roni Adi, salah satu pendiri Komunitas Baca Betawi yang juga Ketua Panitia HPI 2017.

Menurut dia, melalui kegiatan itu Komunitas Baca Betawi ingin mengangkat harkat dan martabat masyarakat, khususnya Betawi. "Dimulai dari iqra atau membaca," katanya.

Anggota Komunitas Baca Betawi terdiri dari berbagai latar belakang profesi, seperti jurnalis, seniman, budayawan, mahasiswa, pelajar, guru, pegawai swasta, dan masyarakat umum lainnya.

Ia mengharapkan, ke depan Komunitas Baca Betawi akan menggelar berbagai kegiatan sosial, budaya, pendidikan, dan kegiatan bermanfaat lainnya.

"Bertolak dari hal tersebut di atas dan sebagai wujud peran serta kaum Betawi dalam ajang Hari Puisi Indonesia, Komunitas Baca Betawi bermaksud menyelenggarakan peringatan Hari Puisi Indonesia," kata Roni.



Antologi puisi

Dalam kegiatan itu juga akan diluncurkan buku Antologi Puisi Anak Betawi, yang berisi puisi yang ditulis oleh anak-anak Betawi. Mereka belum tentu bermukim di Jakarta. Namun, Betawi bukanlah Jakarta yang merupakan faktor geografis semata.

Sebuah artikel di halaman Facebook Komunitas Baca Betawi menyebutkan bahwa ada yang menarik dari buku tersebut, yakni semua penulis puisi menyuarakan kegelisahan yang sama tentang kampung mereka, tentang orang-orang suku Betawi, juga tentang Ibu Kota yang semakin melaju dan menindas.

Semua tema dalam antologi ini berangkat dari pengamatan yang teliti, perenungan yang mendalam, serta pemikiran yang hanya bisa dilakukan orang yang peka serta sadar dengan alam budaya yang melingkupinya, menghidupinya, serta menjadi napas dari seluruh kesehariannya sejak lahir hingga wafat nanti.

Bahkan, beberapa puisi yang diangkat dalam antologi tersebut memiliki kemiripan yang saling beririsan.

Misalnya saja dalam "Kerikil Nafas Jakarta" karya Asep Setiawan dan "Kampungku" karya Roni Adi, yang melukiskan Jakarta yang sumpek dan kumuh. Jakarta yang berubah lantaran setiap jengkal tanah diserobot oleh kaum pemodal dan pengembang.

Selain para penyair yang mengungkapkan idenya melalui bahasa Indonesia, dalam buku ini terdapat pula penyair yang mempergunakan bahasa Betawi.

Tak hanya untuk melestarikan kosakata bahasa Betawi yang lama tak diketahui orang, barangkali melalui bahasa itulah para penyair ini merasa lebih bebas dan leluasa mengungkapkan pikirannya.

Pada acara Betawi Berpuisi Buat Indonesia itu puisi-puisi yang ada di buku antologi itu bakal dibacakan. Tentunya itu menarik untuk dilihat dan didengar, khususnya puisi dalam bahasa Betawi. 

Oleh Ahmad Buchori
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2017