Jakarta (ANTARA News) - Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN) menyikapi polemik Patung Yang Mulia Kongco Kwan Seng Tee Koen, di kelenteng Kwan Sing Bio, Tuban, Jawa Timur.

MATAKIN dalam keterangan tertulisnya, Rabu, menjelaskan, Kwan Seng Tee Koen atau Shen Ming Kwan Kong dihormati dan diteladani umat Khonghucu karena setia pada janji dan menjunjung tinggi kebenaran, bukan karena keahlian berperang.

Menurut MATAKIN pembangunan patung yang terletak dalam lingkungan Kelenteng Kwan Sing Bio Tuban dan tak terlihat dari luar tersebut tak ada kaitannya dengan politik, murni masalah spiritualitas dan keteladanan yang diajarkan dalam agama.

"Perlu dilakukan silaturahmi yang lebih intens dengan masyarakat sekitar, tokoh agama dan tokoh masyarakat, untuk menjelaskan persoalan yang ada tanpa ada upaya-upaya politisasi karena tak ada kaitan dengan masalah kepahlawanan nasional, tapi murni agama," tulis pernyataan tersebut.

Bila ada persoalan administratif, MATAKIN meminta agar dapat diselesaikan karena hal tersebut menyangkut keagamaan yang mengacu pada aturan-aturan keagamaan. Dan, menurut MATAKIN merupakan kewajiban pemerintah untuk melindungi dan melayani umat beragama secara adil.

"Kami yakin, bangsa Indonesia adalah bangsa yang toleran dan saling menghargai antara etnis, agama suku dan golongan seperti yang dapat kita rasakan selama ratusan tahun dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika dan falsafah Pancasila. Kami yakin nilai-nilai ini masih dipegang teguh oleh bangsa Indonesia," tulis MATAKIN, yang merupakan lembaga resmi yang menaungi umat Khonghucu Indonesia.

Baca juga: Pembangunan patung Guan Yu Chang di Tuban ditentang umat Khonghucu

Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017