Jakarta (ANTARA News) - Lelang online cula badak akan digelar di Afrika Selatan hari ini, Senin, setelah pengadilan memberikan izin, yang menuai kemarahan kalangan pecinta satwa.

Otoritas Afrika Selatan melarang lelang yang akan berlangsung selama tiga hari itu karena mereka khawatir acara tersebut akan menghambat upaya global dalam menghentikan perdagangan cula.

Namun, Pengadilan Tinggi Pretoria, Minggu (20/8), mengeluarkan putusan yang berpihak kepada penyelenggara lelang John Hume, yang merupakan pemilik peternakan badak terbesar di dunia.

Kuasa hukum Hume mengungkapkan bahwa izin sudah disetujui, tetapi tidak dikeluarkan oleh otoritas Afrika Selatan, yang mencabut larangan perdagangan cula badak nasional tiga bulan lalu.

Keputusan yang dikeluarkan pada April silam tersebut tidak berdampak besar di luar Afrika Selatan karena larangan perdagangan cula internasional masih berlaku.

Para peternak berdalih perdagangan secara terbuka merupakan satu-satunya cara untuk menghentikan pembantaian badak oleh para pemburu.

"Kami kalah dalam kasus ini. Kami harus memberikan izin yang sudah dikeluarkan," ujar juru bicara Kementerian Lingkungan Hidup Moses Rannditsheni.

Pelelangan tersebut akan dimulai pada pukul 10.00 waktu setempat, atau pukul 17.00 WIB.

Hume telah menimbun enam ton tanduk dan ingin menjual 500 kilo atau 264 tanduk.

"Kami bahagia, saya berharap pemerintah mengetahui bahwa mereka tidak adil pada kami. Hakim menyatakan kekecewaannya atas tindakan menteri dan departemen," ujar Hume.

Tanduk badak sangat berharga, diperkirakan mencapai 60.000 dolar AS (sekitar Rp8 miliar) per kilo di pasar gelap -- lebih mahal dari harga emas.

Afrika Selatan adalah rumah bagi sekitar 20.000 badak, yang merupakan 80 persen dari populasi badak di seluruh dunia, namun dalam beberapa tahun terakhir menurun karena pembantaian oleh pemburu.

Hume dan beberapa juru kampanye lainnya mengatakan bahwa perburuan liar hanya dapat dihentikan dengan memenuhi permintaan besar dari Asia melalui "panen" tanduk secara sah dari badak yang menjalani anestesi.

Namun aktivis hak binatang mengatakan bahwa penjualan cula badak secara legal hanya akan membuat perburuan liar.

Cula badak yang terdiri dari keratin, komponen yang sama seperti pada kuku manusia, dijual dalam bentuk bubuk sebagai obat untuk kanker dan penyakit lainnya di Vietnam dan China.

Johan Van Eyk dari Van yang akan melakukan pelelangan mengatakan tidak ada harga pembukaan yang ditetapkan karena ini akan menjadi pelelangan cula badak pertama.

Afrika Selatan memiliki lebih dari 300 peternak badak swasta yang mengatakan bahwa mereka telah menghabiskan lebih dari dua miliar rand (150 juta dolar) untuk melindungi ternak mereka selama sembilan tahun terakhir, demikian AFP.

Penerjemah: Arindra Meodia
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017