Subang (ANTARA News) - PT Pertamina EP Asset-3 menargetkan produksi minyak 11.000 barel per hari (bph) pada akhir 2017 yang ditopang dimulainya pengembangan Lapangan Bambu Besar pada Oktober mendatang.

General Manager Pertamina EP Asset-3, Wisnu Hindadari di Subang, Jawa Barat, Jumat, mengatakan per Juli 2017 rata-rata produksi minyak Pertamina EP Asset-3 sekitar 10.000 bph.

"Dengan sejumlah sumur pengembangan diharapkan hingga akhir tahun ini produksi minyak bisa meningkat menjadi 11.000 bph," ujar Wisnu.

Selain minyak, Pertamina EP Asset-3 juga memproduksi gas yang hingga Juli mencapai 300 juta kaki kubik per hari (MMSCFD).

Wisnu mengatakan produksi Pertamina EP Asset-3 berasal dari tiga lapangan, masing-masing Tambun, Subang dan Jatibarang. Lapangan Tambun berkontribusi 2.200 bph minyak dan 50 MMSCFD gas, Subang menyumbang 1.709 bph minyak dan 200 MMSCFD gas. Sementara Jatibarang Field menyumbang 6.000 bph dan gas 50 MMSCFD.

"Secara volume minyak lebih besar. Namun untuk kontribusi pendapatan, gas yang besar, bahkan berkontribusi hingga 80 persen," katanya.

Menurut Wisnu, kontribusi produksi Asset-3 terhadap induk usaha, yakni PT Pertamina EP, tergolong kecil. Namun kontribusi produksi gas kepada induk usaha terbesar kedua setelah Asset-2 dengan kontribusi terbesar dari Prabumulih Field. Pertamina EP membagi wilayah operasinya menjadi lima Asset.

"Untuk pendapatan, kontribusi Asset-3 di urutan kedua. Sumbangan pendapatan Asset-3 ke induk usaha Pertamina EP bisa mencapai 20 persen-25 persen," kata dia.

Sementara Field Manajer Pertamina EP Asset-3 Subang, Armand Mel Hukom, mengatakan Lapangan Subang saat ini mengembangkan sumur eksploitasi di lapangan Bambu Besar dan akan dieksekusi pada Oktober 2017, lebih awal dari perkiraan 2018.

"Ada satu lapangan Bambu Besar sudah masuk tahapan plan of development (POD), seharusnya pada akhir 2017 atau 2018 baru dapat POD. Namun, Alhamdulillah kita akan eksekusi pada Oktober," kata dia.

Selain itu, Field Subang juga mengembangkan pengeboran sumur di Jatiasri sebanyak tujuh titik hingga 2018. Namun, lima sumur akan direalisasikan tahun ini.

Menurut Armand, dengan pengeboran dua lapangan pengembangan ini diharapkan produksi Field Subang hingga akhir 2017 mencapai 2.000 bph dari saat ini 1.709 bph dan gas 200 MMSCFD.

Tidak hanya Subang, Jatibarang Field juga terus berupaya melakukan peningkatan produksi minyak dan gas melalui beberapa strategi dan program, salah satunya dengan menggunakan teknologi baru, "underbalance drilling". Teknologi baru tersebut digunakan pada Struktur Jatibarang.

Lapangan Jatibarang merupakan lapangan tua yang telah ada sejak 1972, terdiri dari lapangan darat (onshore) dan lepas pantai (offshore). Untuk lapangan onshore terdiri dari 9 struktur dan 1 struktur X-ray untuk lapangan offshore, kata Herman Rachmadi, Manager Lapangan Jatibarang.

Ia mengatakan sudah sewajarnya sumur migas akan mengalami penurunan produksi. Upaya dalam menahan laju penurunan ini adalah dengan melakukan program stimulasi pada sumur-sumur yang mengalami permasalahan endapan dan kenaikan kadar air seperti pada struktur Akasia Besar dan Jatibarang.

"Hal lain yang telah dilakukan yaitu melaksanakan program perawatan pada sumur-sumur yang mengalami problem pada artificial lift," kata Herman.

Saat ini rata-rata produksi harian Jatibarang adalah 5.500 BOPD. Struktur yang berkontribusi besar untuk Jatibarang Field yaitu Struktur X-Ray dengan produksi sebesar 2.100 BOPD dan Struktur Jatibarang dengan produksi sebesar 1.000 BOPD.

(T.F004/A026)

Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017