Padang (ANTARA News) - Pakar Kesehatan Ternak dari Universitas Andalas (Unand) Padang, Sumatera Barat, Dr Yuherman mengimbau kepada para panitia kurban untuk mewaspadai penyakit antraks yang berasal dari tanah, untuk menghindari terjangkitnya hewan kurban pada tempat-tempat tersebut.

"Karena penyakit antraks bukan saja berasal dari kontak langsung atau memakan daging hewan tersebut, tetapi juga bisa terkontaminasi dari tanah, rumput, dan udara," kata dia di Padang, Selasa.

Ia menjelaskan penyakit antraks yang disalurkan melalui tanah maupun udara ini berupa spora yang akan hidup selama 60 tahun yang dibantu dengan faktor lingkungan panas maupun dingin.

"Jika hewan kurban setelah dipotong ternyata terjangkit penyakit antraks, maka spora akan menempel pada kulit, daging, tulang, dan darah hewan itu, setelahnya spora itu akan membentuk dirinya untuk bertahan terhadap iklim dingin dan panas," katanya.

Perlu adanya vaksinisasi terlebih dulu terhadap hewan potong ini, untuk menghindari antraks ini dan penyakit lainnya yang dapat menular ke manusia.

Ia mengatakan jika suatu daerah terjangkit penyakit antraks akan sulit memberantas tuntasnya seperti kasus di Kepulauan Mentawai pada 1980.

Ia juga mengimbau kepada masyarakat untuk mengolahan daging hewan potong tersebut dengan membersihkan dengan teliti lalu memasangnya dalam air mendidih hingga 100 derajat celsius.

"Kebanyakan kuman yang menempel pada danging dan tulang hewan potong itu jika dimasak pada suhu 100 derajat akan mati," ujarnya.

Sementara itu, kebutuhan hewan kurban di Kota Padang, saat Idul Adha 1438 Hijriah diprediksi mencapai 7.000 ekor.

Kepala Dinas Pertanian setempat Syaiful Bahri mengatakan kebutuhan hewan kurban tersebut naik lima persen dibandingkan pada tahun 2016.

"Untuk mencukupi kebutuhan, hewan kurban didatangkan dari berbagai daerah di dalam maupun di luar Sumbar," ujarnya.

Sebanyak 30 persen hewan kurban, ujarnya berasal dari Kota Padang sedangkan lainnya didatangkan dari Kabupaten Pesisir Selatan, Tanah Datar, Padang Panjang, dan Solok.

"Sedangkan dari luar Sumbar didatangkan dari Lampung, sapi Aceh, Bali dan Madura,"sebutnya.

Pewarta: Irfan Taufik
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017