... kami di lapangan melihat perempuan dan anak-anak menembaki tentara. Itu sebabnya mereka seperti masih punya banyak orang...
Kota Marawi, Filipina (ANTARA News) - Tentara Filipina, yang selama lebih dari tiga bulan terakhir berupaya membebaskan kota Marawi dari gerilyawan afiliasi kelompok bersenjata ISIS, Senin, mengatakan, mereka harus menghadapi perlawanan bersenjata dari perempuan dan anak-anak.

"Kami saat ini sudah maju di tahap akhir operasi militer dan memperkirakan ada pertempuran yang lebih sengit sekaligus berdarah. Mungkin akan jatuh lebih banyak korban mengingat musuh mulai putus asa," kata Letnan Jenderal Carlito Galvez, yang mengepalai militer Filipina, di kawasan barat Mindanao.

Dia mengatakan, jumlah petempur dari pihak gerilyawan kini semakin mengecil. Namun demikian, anak-anak dan perempuan, yang mungkin berasal dari keluarga para gerilyawan, mulai terlibat dalam pertempuran.

"Pasukan kami di lapangan melihat perempuan dan anak-anak menembaki tentara. Itu sebabnya mereka seperti masih punya banyak orang," kata dia.

Lebih dari 800 orang telah tewas dalam operasi pembebasan Marawi sejak 23 Mei lalu.

Operasi militer itu merupakan tantangan keamanan terbesar dalam beberapa tahun terakhir di Filipina yang sebagian besar penduduknya memeluk agama Katolik--meski sejarah konflik sudah lama berlangsung di Mindanao, sebuah pulau berpenduduk 22 juta yang sejak akhir tahun lalu harus menjalani kehidupan di bawah undang-undang darurat.

Pertempuran yang berkepanjangan di Marawi telah memunculkan kekhawatiran akan terbentuknya sebuah aliansi gerilyawan di kawasan Asia Tenggara yang terorganisir, punya dana tetap, dan persenjataan memadai.

Mengutip informasi dari empat tawanan yang berhasil melarikan diri dari para gerilyawan, Galvez mengatakan bahwa ada sekitar 56 tawanan lain--yang sebagian besar perempuan. Selain itu, sekitar 80 warga laki-laki dipaksa untuk turut mengangkat senjata.

Operasi militer di Marawi kini terkonsentrasi di area kecil sekitar masjid seluas seperempat kilometer persegi. Galvez mengatakan, pasukannya berhasil membebaskan 35 bangunan setiap hari.

Dengan tingkat kemajuan itu, diperkirakan butuh waktu tiga pekan sebelum Marawi benar-benar dalam penguasaan pemerintah.

Rumah-rumah dan bangunan yang rusak terlihat bersamaan dengan serangan tentara pemerintah pada hari ke-105 operasi pembebasan Marawi.

Pada Senin, aksi tembak-menembak dan ledakan bom terus terdengar di kota yang berdampingan dengan sebuah danau itu.

Sejumlah helikopter berputar di udara untuk memberikan perlindungan kepada pasukan darat, sementara asap tebal naik ke langit bersamaan dengan jatuhnya sejumlah bom di wilayah gerilyawan.

Galvez mengaku telah menerima informasi intelijen yang mengindikasikan tewasnya komandan militer musuh, Abdullah Maute, pada bulan lalu akibat serangan udara.

"Hingga kini masih belum ada konfirmasi 100 persen, namun ini sudah cukup untuk mengasumsikan dia sudah tewas," kata dia.

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017