Perserikatan Bangsa Bangsa (ANTARA News) - Harga pangan global turun pada Agustus, terutama karena prospek panen sereal yang luar biasa banyak mendorong ekspektasi untuk persediaan biji-bijian yang lebih besar, Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) mengatakan pada Kamis (7/9).

FAO mengatakan dalam rilis terbarunya bahwa Indeks Harga Pangan (Food Price Index) FAO turun 1,3 persen dari Juli, mengakhiri kenaikan selama tiga bulan berturut-turut.

Namun demikian, indeks - melacak perubahan bulanan harga pasar internasional untuk lima kelompok komoditas utama - tetap 6,0 persen di atas nilainya setahun sebelumnya.

Penurunan pada Agustus sebagian besar didorong oleh penurunan harga sereal sebesar 5,4 persen, yang mencerminkan penurunan tajam dalam harga gandum karena prospek produksi di wilayah Laut Hitam meningkat, katanya.

FAO menaikkan perkiraan untuk produksi sereal global menjadi 2.611 juta ton. Stok sereal di seluruh dunia juga diperkirakan akan mencapai titik tertinggi sepanjang masa pada akhir musim 2018, menurut Laporan Penawaran Pasokan dan Permintaan Sereal FAO terbaru, yang juga dirilis pada Kamis (7/9).

Perkiraan baru badan PBB tersebut mencerminkan antisipasi panen gandum yang lebih besar, karena prospek produksi meningkat di Rusia lebih dari mengimbangi revisi turun yang dibuat untuk Kanada dan Amerika Serikat, serta produksi jagung dan jelai yang lebih tinggi di Brazil dan Rusia. Produksi beras global pada 2017 juga sekarang diperkirakan mencapai rekor tertinggi.

Harga daging turun 1,2 persen pada Agustus, sementara harga gula tergelincir 1,7 persen - didorong oleh prospek panen tebu yang menguntungkan di produsen terkemuka Brazil, Thailand dan India, serta oleh melemahnya permintaan internasional setelah kenaikan tarif diberlakukan oleh Tiongkok dan India.

Namun harga minyak sayur naik 2,5 persen, dipimpin oleh kenaikan harga minyak sawit, kedelai, lobak (rapeseed) dan bunga matahari.

Harga susu juga naik 1,4 persen dari Juli, dipimpin oleh permintaan "butterfat" (lemak alami terkandung dalam susu dan produk susu) yang lebih besar di Eropa dan Amerika Utara. Demikian laporan Xinhua.

(UU.A026/A011)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017