Jakarta (ANTARA News) - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk mendukung program unggulan Kementerian Tenaga Kerja, yakni penciptaan Desa Migran Produktif atau Desmigratif yang tersebar di seluruh Indonesia.

Desmigratif adalah upaya terobosan Kementerian Ketenagakerjaan bekerja sama dengan berbagai lembaga untuk memberdayakan, meningkatkan pelayanan serta memberi perlindungan bagi calon TKI/TKI di desa yang menjadi kantong-kantong TKI. 

Juga dengan menawarkan program-program unggulan yang dibutuhkan calon TKI/TKI dan keluarganya melalui pemanfaatan potensi lokal dengan tidak mengabaikan karakteristik daerah setempat, kata Sekretaris Perusahaan BNI, Kiryanto, dalam siaran persnya di Jakarta, Senin malam (11/9).

Dengan konsep itu, pemerintah desa diharapkan lebih berperan aktif dalam peningkatan pelayanan penempatan dan perlindungan calon TKI/TKI. Desa akan menjadi pusat layanan informasi, komunikasi, sebagai bagian dari proses penempatan dan perlindungan sejak prapenempatan, hingga kembali ke daerah asal pembentukan.

Desmigratif, kata dia, merupakan salah satu solusi terbaik dan bentuk kepedulian.

Selain itu, menurut dia, program tersebut menunjukkan hadirnya negara dalam upaya meningkatkan pelayanan perlindungan kepada calon TKI/TKI dan anggota keluarganya yang bersifat terkoordinasi dan terintegrasi antarkementerian/lembaga dan pemangku kepentingan lainnya.

BNI sejak Desember 2016 telah menandatangani perjanjian kerja sama dengan Dirjen Binapenta dan PKK Kemenaker mengenai Pemberdayaan Desa Migran Produktif melalui jasa layanan perbankan yang terintegrasi. Sampai dengan saat ini telah berdiri 15 Desmigratif di desa kantong pekerja migran Indonesia, yaitu Majalengka, Indramayu, Lombok, Mataram, Nusa Tenggara, Kupang, Sukabumi, Serang, Medan, Cirebon, Purwokerto, Wonosobo, Pamekasan dan Blitar.

Jumlah TKI tumbuh yang terus meningkat setiap tahunnya menjadi potensi bisnis bagi BNI. Jumlah TKI sejak tahun 2011 hingga Maret 2017 adalah 3,6 juta orang di luar negeri dengan volume transaksi dari TKI ke Indonesia mencapai rata-rata Rp9,6 triliun setiap bulan.

Pewarta: Riza Fahriza
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017