Lima (ANTARA News) - Kabinet Presiden Peru Pedro Pablo Kuczynski dipaksa mengundurkan diri pada Jumat setelah gagal dalam mosi percaya di Kongres yang dikuasai oposisi.

Badan legislatif unikameral tersebut didominasi oleh Partai Popular Force pimpinan Keiko Fujimori, putri mantan presiden Alberto Fujimori yang saat ini mendekam di penjara karena kekejaman hak asasi manusia dan korupsi.

Berdasarkan undang-undang, setelah Kongres menyatakan mosi tidak percaya, kabinet harus diperbarui, dan calon baru Kuczynski harus mendapatkan persetujuan legislatif.

Namun, jika calonnya ditolak, Kuczynski dapat membubarkan Kongres dan menyerukan pemilihan legislatif baru.

Baik Kuczynski maupun para legislator dipilih untuk menjabat sampai 2021.

Mosi percaya itu, yang diminta oleh Perdana Menteri Fernando Zavala, ditolak pada Kamis sekitar tengah malam dengan 77 berbanding 22 suara, dengan 16 abstain.

"Konsekuensinya, krisis sepenuhnya terjadi di kabinet," ungkap ketua Kongres, loyalis Fujimori, Luis Galarreta, sebagaimana dikutip kantor berita AFP.

Kuczynski sebelumnya membatalkan kunjungan ke New York, tempat dia dijadwalkan berbicara di Sidang Majelis Umum PBB, dan ke Vatikan, sampai setelah mosi percaya tersebut.

Pada tahun pertamanya sebagai presiden, Kuczynski telah kehilangan tiga kabinet menteri dalam perseteruan dengan Kongres.

Krisis politik itu dipicu oleh mosi tidak percaya yang disiapkan oleh 'Fujimoristas' di Kongres terhadap menteri pendidikan berkenaan dengan penanganan demonstrasi guru yang berkepanjangan.

Kuczynski mengatakan mosi itu ditujukan untuk melemahkan reformasi pendidikan yang menjadi pusat rencana pemerintah.

Keiko Fujimori, kritikus sengit Kuczynski, kalah tipis dalam pemilihan presiden 2011 dan 2016.

Dia menjalani pemeriksaan karena diduga terlibat dalam skandal korupsi Odebrecht yang menodai para politisi di seluruh Amerika Latin. (mr)


Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017