Klaten (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo meminta agar mobil produksi dalam negeri dapat kompetitif secara harga dan kualitas di pasar.

"Ini rencananya untuk kendaraan desa. Tadi dihitung-hitung saya tanya harganya berapa sih? Jatuhnya R60 juta hingga 70 juta. Kalau Rp 60-70 juta saya kira banyak yang beli. Tapi sebulan bisa produksi berapa? Feasible atau tidak feasible secara bisnis? Bussines plan-nya seperti apa? Marketingnya ke siapa? Harus sudah rinci, harus sudah jelas," kata Presiden Joko Widodo di Bengkel Kiat Motor, Klaten, Jawa Tengah, Minggu.

Presiden mengunjungi Kiat Motor yang saat ini sedang memproduksi contoh kendaraan angkut perdesaan bernama "Mahesa" bertenaga solar. Kiat Motor sebelumnya juga ikut menggagas pembuatan mobil "Esemka" yang pernah dipromosikan oleh Presiden Joko Widodo saat masih menjabat sebagai Wali Kota Solo.

"Kalau pemerintah terlalu membantu, jadinya nanti tidak bisa kompetitif di pasar. Pemerintah itu tadi mendukung sertifikasi, mendukung uji emisi. Kalau perlu hal-hal yang berkaitan dengan pajak barang mewah karena ini kan produk dalam negeri, mungkin bisa dibantu. Jangan sampai semuanya disuntik dari pemerintah," tambah Presiden.

Bila pemerintah terlampau membantu maka ketika bantuan pemerintah dihentikan maka produksi mobil juga terancam berhenti.

"Nggak boleh seperti itu," ungkap Presiden.

Terkait mobil "Esemka" yang juga ikut diproduksi oleh Kiat Motor, Presiden mengatakan bahwa pemerintah sudah cukup membantu.

"Di situ tadi, saat kita masih memberikan dukungan, memberikan dukungan uji emisi, dukungan sertifikasi, itu tugas pemerintah. Setelah itu, itu tugasnya PT (perusahaan), tugas industri," tambah Presiden.

Bila rencana bisnisnya menarik, Presiden pun yakin investor akan tertarik dengan mobil "Esemka" maupun "Mahesa".

"Ya pasca (produksi) itu, harusnya kan dihitung. Kalau feasible secara bisnis, ya akan banyak orang yang ingin menginvestasikan biaya itu. Tapi ya ditunggulah tanggal mainnya. Baik untuk Mahesa dan nanti Esemka," ungkap Presiden.



Pewarta:
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2017