Bandung (ANTARA News) - Kebakaran hutan di Gunung Guntur, Kabupaten Garut, Jawa Barat, terus meluas selama musim kemarau menyebabkan tanaman hutan rusak akibat hangus terbakar.

"Kebakaran terjadi di beda-beda blok," kata Kepala Seksie Pelayanan Penyelamatan NonKebakaran Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Garut, Tubagus Agus Sopian yang melakukan pemantauan peristiwa kebakaran di Gunung Guntur di Garut, Selasa.

Ia menuturkan, kebakaran hutan Gunung Guntur itu sebelumnya terjadi di beberapa titik di wilayah Kecamatan Tarogong Kaler.

Selanjutnya, kata dia, kejadian terbaru, Senin (18/9) kebakaran melanda di wilayah Resor Pengelolaan Hutan Kadungora wilayah administratif Desa Sukaraja, Kecamatan Banyuresmi.

"Kebakaran hutan di perbatasan tanah milik dengan kawasan blok Leuweung Tiis," katanya.

Ia menyebutkan, kebakaran lahan di Leweung Tiis itu dapat ditanggulangi dengan cepat sehingga hanya membakar lahan seluas 1 hektare.

Penyebab kebakaran, kata dia, karena adanya aktivitas pembakaran di lahan masyarakat kemudian menjalar ke kawasan hutan.

"Kerugian kebakaran di tanah milik merusak bambu, sedangkan di petak 19 hanya seresah yang terbakar," katanya.

Selama musim kemarau, kebakaran hutan di Gunung Guntur sudah beberapa kali terjadi di beberapa blok.

Kebakaran tidak hanya melanda lahan Perhutani, tetapi terjadi juga di lahan yang dibawah kewenangan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) termasuk di lahan milik warga.

Tercatat BKSDA, kebakaran hutan terjadi di lahan milik warga Blok Lamping, Desa Rancabango, Kecamatan Tarogong Kaler, Garut, Jumat (15/9).

Selanjutnya kebakaran hutan di Kawah Kamojang komplek Gunung Guntur Blok Tapel Kuda, Minggu (17/9).

Upaya pemadaman dilakukan bersama tim gabungan dari petugas BPBD, Dinas Pemadam Kebakaran, BKSDA, TNI/Polri, dan sukarelawan dari masyarakat setempat.

Pemadaman dilakukan dengan peralatan sederhana, ada juga menggunakan alat seperti jet shooter dan sekat bakar untuk menghambat api agar tidak meluas. 

Pewarta: Feri Purnama
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2017