Jakarta (Antara) - PT Bio Farma (Persero) menargetkan pendapatan pada tahun 2017 sekitar Rp3 triliun dengan produksi vaksin yang diperkirakan mencapai hingga 3,1 miliar dosis per tahun.

"Dengan produksi vaksin sekitar 3,1 miliar dosis per tahun, Bio Farma tetap menjadi salah satu perusahaan vaksin terkemuka di dunia. Pendapatan tahun 2017 tumbuh sekitar 14 persen dibanding tahun 2016 sebesar Rp2,7 triliun," kata Direktur Pemasaran Bio Farma M. Rahman Rustan, saat konferensi pers di Indonesia Business Development Expo 2017 (IBDExpo), di Jakarta Convention Center, Rabu (20/9)

Menurut Rahman, pertumbuhan pendapatan didorong tingginya permintaan pasar terhadap vaksin yang dalam lima tahun terakhir terus berada pada level tinggi sekitar 3 miliar dosis per tahun.

Ia menjelaskan, saat ini Bio Farma memproduksi 14 jenis vaksin. Sebanyak 12 di antaranya telah memenuhi standar yang ditetapkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan pengakuan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) antara lain yaitu vaksin polio, campak, hepatitis B, BCG, vertusis, difteri, tetanus, influenza B, dan dua jenis vaksin lainnya tidak didaftarkan ke WHO karena digunakan untuk di dalam negeri.

Selain vaksin, Bio Farma juga memproduksi empat jenis serum.

Menurut Rahman, dari pendapatan sekitar Rp3 triliun, sebanyak 60 persen di antaranya merupakan kontribusi pasar ekspor. "Setelah kita pastikan vaksin untuk dalam negeri dipenuhi, baru kemudian diekspor," ujarnya.

Kebutuhan dalam vaksin nasional meliputi untuk sekitar 5 juta bayi per tahin, sekitar 12 juta anak usia sekolah dan 23 juta wanita usia subur.

Dengan produksi 14 jenis vaksin dan empat serum tersebut, maka Bio Farma menjadi salah satu perusahaan vaksin terbesar di dunia.

"Lebih dari 142 negara telah menggunakan produk Bio Farma terutama negara-negara berkembang. Sebanyak 49 negara di antaranya adalah negara yang tergabung dalam Organisasi Kerja Sama Islam (OKI)," ujarnya.

Menurutnya, tujuan Bio Farma bukan hanya sekadar menjadi pengekspor vaksin bagi negara-negara Islam, tetapi juga ingin membawa negara-negara Timur Tengah mandiri di industri vaksin.

"Kerja sama dengan negara-negara OKI terus digencarkan dengan transfer teknologi. Produksi Bio Farma juga mendapat sertifikat halal, menjadikannya semakin diminati di wilayah tersebut,"  katanya.

Selanjutnya Rahman menuturkan pada ajang IBDExpo 2017 Biofarma menampilkan inovasi produk vaksin Pentabio, yaitu produk vaksin 5 in 1 yang terdiri atas vaksin difteri, tetanus, pertusis, hepatitis B, haemophilus influenze tipe B.

"Inovasi lainnya yang juga ditampilkan Bio Farma adalah kemasan prefil injection uniject yaitu kemasan khusus yang telah diisi vaksin dosis tunggal, dilengkai dengan jarum suntik sekali pakai, sehingga sangat mudah dipakai," ujarnya

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2017