Jakarta (ANTARA News) - Indonesia harus mewaspadai keterlibatan asing dalam insiden bentrok warga dengan aparat marinir d Desa Alastlogo, Pasuruan, yang menewaskan empat warga dan lima anggota marinir luka-luka. "Indikasi keterlibatan asing itu, dapat terlihat dari adanya semacam `penciptaan kondisi` yang mengakibatkan psikologi aparat menjadi tak terkendali dalam menghadapi serangan warga," kata pengamat militer Kiki Syahnakri di Jakarta, Rabu. Ia mengemukakan, aparat militer termasuk marinir, tidak mungkin melakukan tindakan balik tak terkendali menghadapi warga yang "marah". "TNI memiliki prosedur tetap dalam menghadapi berbagai situasi termasuk massa yang melakukan penyerangan di Desa Alastlogo terhadap marinir," kata Kiki. Bagaimana pun, lanjut dia, pihak asing tetap berkepentingan untuk melemahkan kekuatan bangsa Indonesia salah satunya "mengadu domba" TNI dengan masyarakat yang kini sudah berangsur membaik kembali. Mantan Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Darat itu mengatakan, rancangan besar untuk memecah belah bangsa Indonesia hanya dapat dilakukan oleh kekuatan `mumpuni` yang hanya dimiliki oleh negara-negara besar. "Jika hal ini tidak diwaspadai, maka kita benar-benar akan terpecah belah," kata Kiki. Sebelumnya, Irjen Angkatan Laut Mayjen Safzen Noerdin menengarai ada provokator dalam insiden bentrokan warga dengan anggota marinir di Desa Alas Tlogo, Pasuruan, Jawa Timur, pertengahan pekan silam. Saat bentrokan berdarah di Pasuruan yang menewaskan empat warga desa dan lima orang marinir luka-luka, Safzen masih menjabat sebagai Komandan Korps Marinir. Ia mengungkapkan, ada beberapa indikasi yang mengarah adanya provokator dalam insiden berdarah itu seperti `komando` melalui pengeras suara di masjid, pukulan kentongan yang disertai teriakan `kita atau marinir yang mati.` "Ada saksi yang menguatkan indikasi itu. Kita tunggu saja hasil penyelidikannya," ujar Safzen. Tentang pelanggaran HAM berat dalam kasus itu, ia mengatakan, tidak ada.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007