Jakarta (ANTARA News) - Maskapai Garuda Indonesia menunda pengiriman sebanyak 20 pesawat hingga 2019 dalam rangka untuk meningkatkan ketergunaan (utilitas) pesawat-pesawat yang ada.

Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala N Mansury saat ditemui usai pembukaan Garuda Travel Fair Fase II di Jakarta, Jumat, mengatakan saat ini masih dalam tahap negosiasi dan pembahasan.

"Kurang lebih untuk Garuda dalam dua tahun itu ada 10 pesawat dan jumlah yang sama untuk Citilink," katanya.

Pahala menargetkan ketergunaan pesawat bisa meningkat dari sembilan jam 38 menit per hari menjadi 11 jam sehari pada 2019.

"Alasan kita ingin fokus optimalisasi pesawat yang kita punya saat ini, kita harapkan satu, utilisasi itu bisa meningkatkan kinerja, kedua bisa memperpanjang jangka waktu sewa," katanya.

Pahala mengatakan rencana penundaan pengiriman pesawat dimulai pada Triwulan IV 2017.

"Kuartal IV ini Insya Allah momentum yang baik, Kita menunda tidak semuanya tapi sebagian," katanya.

Dia menuturkan pemegang saham terbesar, dalam hal ini Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sudah menyetujui langkah Garuda tersebut.

"Kita saat ini dalam pembahasan dan tanda-tandanya sudah positif," katanya.

Dalam kesempatan sama, Direktur Keuangan Garuda Indonesia Helmi Imam Satriyono mengatakan penundaan pengiriman pesawat tidak terlalu berdampak signifikan kepada keuangan perusahaan.

"Dampak finansial tidak terlalu besar karena datangnya akhir tahun, tahun depan baru berasa," katanya.

Dia menyebutkan tahun ini terdapat dua pesawat yang mengalami penundaan dan hingga 2019 sudah dipastikan sebanyak 10 pesawat diundur pengirimannya.

"Tahun ini pesawat yang belum datang itu ada tiga, termasuk Citilink, sebagain sudah datang," katanya.

Meski demikian, Helmi mengaku optimistis hingga akhir 2017 bisa membukukan laba 70 juta dolar AS.

"Yang jelas saat ini kita menangkap konsumen yang tujuannya ke Australia dengan penerbangan langsung karena tidak perlu menunggu lama," katanya.

Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2017