... Yang membedakan kalian dengan satuan lain adalah tes psikologi. Hari ini terbukti kalian mampu bertahan di bawah tekanan dan penderitaan dalam situasi apapun...
Jakarta (ANTARA News) - Bahwa latihan dan proses pembentukan seorang prajurit reguler menjadi prajurit berkualifikasi komando itu keras dan tanpa ampun, rasanya semua orang sudah paham. Namun apa sesungguhnya rahasia itu? 

Komando Pasukan Khusus TNI AD terbentuk sejak 1963. Sejak itu hingga kini, sudah tidak terbilang yang gagal dalam pendidikan komando dan harus kembali ke kesatuan asal atau malah tidak bisa kembali karena sebab-sebab lain. 

Pendidikan dasar komando di Komando Pasukan Khusus TNI AD diselenggarakan Komando Pendidikan Pasukan Khusus TNI AD, di Batujajar, Jawa Barat. Pendidikan dasar itu ditempuh selama tujuh bulan dengan kurikulum pendidikan yang sudah teruji dan terus disempurnakan. 

Latihan dan pendidikan-pembentukan dasar ini meliputi tahap Basis di Batujajar, tahap Gunung Hutan di Situlembang, Jawa Barat, dan tahap Rawa Laut di Cilacap, Jawa Tengah. Secara umum, materi yang dilatihkan dan dibentuk adalah kemampuan menembak, fisik, beladiri, penggunaan senjata tradisionil hingga pendekatan kepada masyarakat.

Di Cilacap, persisnya di depan Pulau Nusakambangan, tradisi penutupan Pendidikan Prajurit Komando, itulah dilaksanakan. 

Komandan Komando Pasukan Khusus TNI AD, Mayor Jenderal TNI Madsuni, meneruskan tradisi pembentukan dan pendidikan personel-personel pilihan di TNI AD itu. Dia --sebagai komandan-- memimpin upacara penutupan Pendidikan Dasar Komando Pasukan Khusus TNI AD. 

Dia katakan, untuk bisa menjadi prajurit berkualifikasi komando tidaklah mudah, karena sangat beratnya latihan yang harus dijalani oleh setiap siswa komando. 

"Ciri khas Kopassus dalam pembentukan prajurit komando adalah kebersamaan dengan melepas pangkat dan jabatan. Kebersamaan inilah yang melahirkan jiwa korsa yang tinggi yang akhirnya menjadi modal utama dalam melaksanakan tugas sebagai abdi negara," katanya. Jiwa korsa adalah semangat "roh loyalitas" dan kebersamaan kepada satuan dan teman-teman seperjuangan. 

Selain itu, Madsuni dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (23/9), juga mengatakan walau kualifikasi komando telah dicapai anak buahnya, belumlah cukup untuk menjadi prajurit yang mahir dan handal karena masih banyak lagi kemampuan dan keterampilan yang harus dimiliki sebagai pelengkap pasukan khusus. 

"Oleh karenanya, jangan berpuas diri, tetap pelihara dan tingkatkan kemampuan melalui budaya belajar dan berlatih serta terus mengikuti dinamika perkembangan situasi di era globalisasi saat ini," katanya.

Kali ini, dari 261 peserta yang mengikuti pendidikan, 215 peserta dinyatakan lulus dan 46 peserta lain dinyatakan tidak bisa mengikuti pendidikan karena kesehatan, mental, dan akademik. Keluar sebagai siswa terbaik dengan mendapatkan sangkur perak adalah Letnan Dua Infantri Tri Nugroho, lulusan Akademi Militer pada 2016.

Upacara penutupan pendidikan diakhiri dengan pemasangan baret merah dan brevet komando kepada prajurit Komando Pasukan Khusus TNI AD yang baru dilantik. Orangtua siswa atau handai taulannya mendapat kehormatan menyematkan brevet komando itu, mengenakan Baret Merah kebanggaan, dan mengenakan sangkur komando. 

Jika ada siswa yang tidak memiliki handai taulan untuk keperluan itu, maka itu merupakan tugas komandan Komando Pasukan Khusus TNI AD dan istrinya sebagai ketua Persit Kartika Chandra Kirana Cabang BS Komando Pasukan Khusus TNI AD. Mereka akan menjadi orangtua bagi para siswa yang demikian. 

Setelah upacara yang mengharu-biru perasaan itu, resmilah mereka menjadi prajurit Komando Pasukan Khusus TNI AD. 

Kembali ke pertanyaan awal: apa sebetulnya rahasia di balik kesuksesan dan ketahanan seseorang menempuh pendidikan komando yang keras dan tanpa ampun itu? Yang dikatakan di luar batas kemampuan manusia? 

Madsuni punya jawabannya. 

"Yang membedakan kalian dengan satuan lain adalah tes psikologi. Hari ini terbukti kalian mampu bertahan di bawah tekanan dan penderitaan dalam situasi apapun," kata dia. 

"Kondisi ini mewujudkan prajurit komando yang memiliki sikap mental seorang prajurit sejati yang memiliki militansi yang tinggi, tahan uji dan pantang menyerah dalam menghadapi situasi sesulit apapun," kata Madsuni, saat menutup Pendidikan Prajurit Komando Angkatan 101, di Pantai Permisan Cilacap, Nusakambangan, Sabtu (23/9).

Oleh Saiful Hakim
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017