Bogor (ANTARA News) - Kementerian Luar Negeri melalui Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan Amerika dan Eropa, Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (P2K2 Amerikan dan Eropa, BPPK), melakukan kajian mandiri tentang potensi dan peluang kerja sama ekonomi di Amerika Latin.

"Penguatan diplomasi ekonomi merupakan salah satu prioritas politik luar negeri Indonesia, ini menjadi pertimbangan kami melakukan kajian ini," kata Kepala Pusat P2K2 Amerika Eropa, BPPK Kemlu, Leonard F Hutabarat dalam pertemuan kelompok ahli "Potensi dan Peluang Kerja Sama Ekonomi di Kawasan Amerika Latin, di IPB IIC, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis.

Ia menjelaskan salah satu tujuan diplomasi ekonomi tersebut adalah meningkatkan volume dan kualitas perdagangan Indonesia.

Namun, lesunya perekonomian dunia dalam beberapa tahun terakhir berdampak kepada perdagangan negara-negara di dunia termasuk Indonesia.

Menurutnya, berbagai dinamika yang dapat mempengaruhi hubungan ekonomi dan dagang juga terjadi di kawasan Amerika dan Eropa yang selama ini menjadi mitra dagang tradisional di kawasan non-tradisional, seperti Amerikan Latin, Eropa Tengah, dan Eropa Timur bermunculan.

"Pemerintah Indonesia perlu mengantisipasi berbagai kemungkinan yang terjadi," katanya.

Untuk itu lanjutnya, diplomasi ekonomi diarahkan salah satunya untuk menggali potensi pasar non-tradisional dan pasar alternatif bagi produk-produk Indonesia.

Ia mengatakan perlu ada kajian spesifik mengenai kerja sama ekonomi di kawasan Amerikan Latin dengan semakin meningkatnya dinamika kesepakatan perdagangan lintas benua saat ini.

"Amerikan latin dinilai penuh potensi, namun hingga kini belum dimanfaatkan secara optimal oleh Indonesia," katanya.

Leonard mengatakan penegasan Menteri Luar Negeri dalam penyataan pers tahunan 2017 yang menetapkan kawasan Amerika Latin sebagai salah satu kawasan prioritas peningkatan kerja sama perdagangan dan investasi tahun ini.

Ia menjabarkan kawasan Amerika Latin terdiri dari 33 negara dan memiliki luas benua sebesar 42 juta km persegi. Jumla populasinya mencapai 634 juta jiwa (2015), dimana 60 persen di antaranya terkonsentrasi di tiga negara yakni Brasil, Meksiko, dan Kolombia.

"Total GDPnya lebih dari 5,3 triliun US Dollar (2015). Selain itu kawasan ini terdapat tiga perekonomian yang masuk dalam kelompok G-20 yakni Brasil, Meksiko dan Argentina," katanya.

Ia mengatakan saat ini kawasan Amerika Latin tengah menghadapi pelemahan pertumbuhan ekonomi yang ditandai dua kali kontraksi pada GDP Amerika Latin sepanjang 2016 antara 0,5 persen hingga 1,5 persen.

"Ini dipicu turunnya harga komoditas dan kondisi ekonomi domestik di beberapa negara besar di kawasan tersebut," katanya.

Namun, lanjutnya pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikan akan membalik pada 2017 dan mencapai 2,6 persen pada 2019. Pada tahun 2015, total perdagangan antara Indonesia dan kawasan Amerika Latin mencapai lebih dari 7,5 miliar USD, atau menurun sekitar 10,71 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 8,4 miliar USD.

Untuk nilai tren pertumbuhan perdagangan Indonesia ke kawasan Amerika Latin dari tahun ke tahun turun sekitar 2,57 persen, sedangkan nilai ekspor non-migas Indonesia defisit sebesar 1,82 miliar USD pada tahun 2015.

Pertemuan Kelompok Ahli kajian mandiri potensi dan peluang kerja sama ekonomi di kawasan Amerika Latin menghadirkan sejumlah narasumber di antaranya Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan, Kemendag Kasan Muhrin, Direktur Eksekutif International Trade Analysis and Policy Studies IPB, Prof Rina Oktaviani, Sekjen Asosiasi Persepatuan Indonesia, Binsar Marpaung.

Pertemuan tersebut dihadiri sejumlah peserta di antaranya asosiasi dari sejumlah industri baik perkebunan, makanan, perwakilan dari kementerian/lembaga, Bappenas, KKP, Kementan, Kemendag, dan akademisi.

(T.KR-LR/B012)

Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017