Jakarta (ANTARA News) - Arswendo Atmowiloto pertama kali menulis "Keluarga Cemara" untuk majalah Hai pada 44 tahun lalu. 

Kisah menyentuh hati mengenai keluarga yang terdiri dari Abah, Emak, Euis, Ara dan Agil itu beberapa kali berevolusi. Dari cerita yang dimuat di majalah kemudian dibukukan dalam bentuk novel, lalu diadaptasi menjadi serial televisi 90-an dan akhirnya menjadi versi layar lebar film yang rencananya tayang pada 2018.

Beberapa kali ada yang meminta izin pada Arswendo untuk membuat film "Keluarga Cemara", namun belum ada yang sreg kecuali rumah produksi Visinema Pictures yang sudah melahirkan film "Cahaya dari Timur: Beta Maluku", "Filosofi Kopi" dan "Surat dari Praha".

Selain memberikan masukan di sana sini, Arswendo memberi kebebasan pada tim produksi untuk mewujudkan versi modern "Keluarga Cemara". 

"Saya enggak menentukan ini harus begini harus begitu," kata Arswendo di Jakarta, Jumat.

Dalam situasi masa kini, Abah dan Emak beserta tiga putrinya pasti menghadapi masalah yang berbeda dibandingkan versi kisah yang ditulisnya beberapa dekade silam. Meski demikian, nilai-nilai yang diusungnya dalam "Keluarga Cemara" dahulu akan tetap dipertahankan dalam versi layar lebar.

"Ada dua nilainya, kejujuran dan rasa syukur," kata  pengajar di London School of Public Relations itu.

Arswendo mengungkapkan awal mula membuat "Keluarga Cemara".

"Ceritanya simpel saja, dulu saya kerja di majalah Hai, bikin serialnya itu, mungkin enggak sih orang hidup dari kejujuran? Mungkin enggak sih jujur tapi bahagia? Kurang lebih seperti itu," tutur dia.

"Keluarga Cemara" berkisah tentang kehidupan Abah, Emak dan tiga putrinya yang hidup sederhana namun mengedepankan nilai kejujuran. 

Setelah dihidupkan lagi dalam bentuk layar lebar, apakah Arswendo berniat menulis lagi kisah "Keluarga Cemara"?

Menurut Arswendo, ada keinginan untuk membuat cerita baru mengenai nasib tokoh-tokoh "Keluarga Cemara" saat ini. 

"Saya inginnya itu (menulis) kalau Euis udah gede dia kira-kira jadi apa, Ara jadi apa, orang LSM mungkin? Agil jadi apa," tutup dia.

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017