Pekanbaru (ANTARA News) - Rektor Universitas Riau Prof Dr Aras Mulyadi menilai bentrokan sesama mahasiswa usai acara wisuda di kampus itu pada Kamis (5/10) tidak mempengaruhi penilaian perguruan tinggi itu untuk mendapatkan akreditasi A sebesar 20 persen dari 92 program studi pada 2018.

"Akreditasi ini gambaran dari proses akademis yang ada, dan juga menilai dari beberapa kinerja komponen pendukung yang ada di dalam kampus. Kami tentu melihat dampaknya, Insya Allah (bentrokan) ini tidak akan berpengaruh kepada itu," katanya pada konferensi pers di Aula Pascasarjana Universitas Riau (UR), Pekanbaru, Sabtu.

"Kami akan terus berjuang untuk mendapatkan akreditasi terbaik untuk UR di masa yang akan datang," kata Aras.

Sebelumnya, dua kelompok mahasiswa dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) dengan Fakultas Teknik UR saling baku hantam usai upacara wisuda pada Kamis (5/10).

Bentrokan terjadi dua kali, dengan yang paling parah terjadi pada malam hari karena mahasiswa merusak pos sekuriti dan membakar papan karangan bunga ucapan wisuda yang berjejer dijalan masuk kampus FISIP.

Pihak kampus menyatakan ada dua mahasiswa luka berat dan 15 lainnya luka ringan akibat insiden itu.

Pengamat pendidikan Riau, Soemardi Taher menilai insiden memalukan tersebut akan menjadi ganjalan bagi Rektorat UR yang pada tahun ini sedang gencar mengejar akreditasi A sebesar 20 persen dari 92 program studi (prodi).

Menurut dia, insiden bentrokan mahasiswa tersebut akan mempengaruhi penilaian terhadap UR secara keseluruhan untuk mendapat akreditasi A.

Ia menilai, akreditasi merupakan salah satu bentuk penilaian (evaluasi) mutu dan kelayakan institusi perguruan tinggi atau program studi yang dilakukan oleh organisasi atau badan mandiri di luar perguruan tinggi, yakni Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT).

"Program akreditasi yang diperjuangkan UR ini pastilah tidak main-main, tetapi kini harus ternoda oleh ulah segelintir mahasiswa, " ujarnya.

Menurut dia, indikator perilaku mahasiswa merupakan salah satu dari tiga dasar penilaian yang jadi penentu juga untuk akreditasi dimana kemahasiswaan perlu difokuskan pada prestasi dan peraihan berbagai kejuaraan di berbagai bidang, baik dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) maupun kegiatan lainnya.

"Bentrokan mahasiswa ini bukannya bekerja pakai fikiran dan otak, malah mengandalkan otot," katanya.

Karena itu, ia berharap kejadian ini dijadikan pengalaman berharga buat pimpinan perguruan tinggi itu agar ke depan mencoba membangun kerja sama yang lebih solid, tidak dengan jalan sendiri-sendiri dengan egosentrisnya.

"Saya kenal pimpinan PT UR lulusan terbaik luar negeri, memiliki kecerdasan luar biasa. Cuma mengapa kejadian menyedihkan ini terjadi, barangkali karena masih kurang koordinasi dan kemampuan untuk mengarahkan dan mengelola potensi sumber daya manusia yang ada untuk bersama-sama memajukan UR," katanya.

"Kita berdoa ke depan UR berubah lebih baik dan semakin berhasil," tambah Soemardi Taher.

(T.F012/A035)

Pewarta: FB Anggoro
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017