Jakarta (ANTARA News) - Berikut lima berita kemarin pilihan ANTARA News yang layak disimak hari ini, di antaranya tentang Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) yang angkat bicara soal kebohongan akademis Dwi Hartanto dan perkembangan kasus pesta gay di Harmoni.

1. Presiden minta Polri tingkatkan kepercayaan publik

Presiden Joko Widodo meminta Kepolisian Republik Indonesia meningkatkan kepercayaan publik, meskipun saat ini sudah mencapai peringkat empat besar dengan nilai 78.

"Tingkatkan pelayanan publik baik soal SIM, SKCK, STNK, siapkan semua dengan proses sederhana dan cepat," kata Presiden Jokowi di Akademi Kepolisian Semarang, Senin.


2. Kemenristekdikti: kebohongan akademis tidak dapat diterima

Kebohongan akademis seperti yang dilakukan Dwi Hartanto tidak bisa diterima, apalagi di publik, kata Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek Dikti Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Ali Ghufron Mukti pada Senin di Jakarta.

"Kami ingatkan Dwi dalam bertindak harus diingat konsekuensi dan tanggung jawab dari tindakan tersebut. Kita seringkali terlalu gampang untuk meminta maaf dan memaafkan suatu kesalahan, namun kita juga seringkali lupa bahwa kita selalu sulit untuk melupakan sebuah kesalahan. Jadi kejadian ini harus menjadi pelajaran bagi Saudara Dwi," kata Ghufron.

Ghufron pun menyoroti masalah integritas di kalangan akademis, yang perlu segera dicari solusinya

3. Mythomania, pembohong patologis

Dunia maya ramai ketika beredar permintaan maaf dari Dwi Hartanto, mahasiswa doktoral di Technische Universiteit Delft Belanda, yang mengaku melebih-lebihkan informasi terkait pribadi, kompetensi dan prestasinya selama di Belanda.

Banyak pencapaian yang ternyata hanya klaim belaka, sampai-sampai KBRI Den Haag mencabut penghargaan yang telah diberikan pada Dwi.

Di dunia psikologi, ada istilah mythomania atau kebohongan patologis. Seorang pembohong patologis tak hanya untuk mengelabui orang lain, tapi juga membohongi dirinya sendiri hingga ia percaya kebohongan itu benar. Mereka berbohong untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain.

Apakah Dwi Hartanto mengalami gangguan mythomania?

4. Polisi olah TKP kasus pesta gay di Harmoni

Aparat Kepolisian Resor Metro Jakarta Pusat melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) pesta gay di T1 Sauna di kawasan Ruko Plaza Harmoni Blok A, Jalan Suryo Pranoto, Gambir, Jakarta Pusat, Senin.

Lima tersangka yang terdiri atas GG sebagai pemilik T1 Sauna, GCMP sebagai penanggung jawab T1 Sauna, serta NS (kasir), TS (petugas administrasi ) dan KN (pengurus keperluan tamu) mengikuti rekonstruksi perkara di gedung lima lantai itu.

Kepala Bagian Operasional Polres Metro Jakarta Pusat AKBP Asfuri, yang memimpin olah tempat kejadian perkara, mengatakan satu tersangka lagi yang berinisial HI berhasil kabur dan masuk Daftar Pencarian Orang (DPO) polisi.
 
"Sedangkan 51 pengunjungnya sudah dipulangkan," kata Asfuri.

Hasil olah tempat kejadian perkara menguatkan dugaan bahwa T1 Sauna digunakan kegiatan prostitusi kaum gay, kata Asfuri.

5. Direktorat Jenderal Pajak klarifikasi soal selebaran kutip Injil

Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan mengklarifikasi perihal selebaran sosialisasi membayar pajak yang dipersoalkan karena mengutip ayat dari Injil, kitab suci agama Kristen.

Direktur P2P Humas Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan, Iqbal Alamsyah, melalui pernyataan tertulisnya di Jakarta, Senin, menyebutkan, materi selebaran itu sudah dibuat pada program pengampunan pajak atau amnesti pajak dan dari perspektif semua agama.

Menurut dia, Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan dalam mensosialisasikan pajak memanfaatkan berbagai sarana dan berusaha menjangkau sebanyak mungkin masyarakat, termasuk umat beragama.
 

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017