Sentimen dari dalam negeri masih positif sehingga rupiah masih berkesempatan untuk kembali menguat
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu pagi, bergerak menguat sebesar 14 poin menjadi Rp13.498 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.512 per dolar Amerika Serikat (AS).

"Sentimen positif dari dalam negeri terbilang positif bagi pergerakan rupiah meski masih dibayangi sentimen eksternal yang cenderung negatif," kata Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, Rabu.

Ia mengemukakan bahwa Pemerintah yang akan menurunkan suku bunga kredit usaha rakyat (KUR) menjadi 7 persen pada tahun depan, dari saat ini di level 9 persen, dan Survei Bank Indonesia pada Agustus 2017 yang mencatat kenaikan penjualan eceran 2,2 persen dibandingkan bulan sebelumnya menjadi faktor yang menopang rupiah.

Ia menambahkan bahwa Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang masih mengindikasikan berlanjutnya ekspansi kegiatan usaha menambah sentimen positif bagi pasar keuangan.

Bank Indonesia mencatat, Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan berlanjutnya ekspansi kegiatan usaha pada triwulan III-2017, meski tidak setinggi triwulan sebelumnya. Hal itu tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) kegiatan usaha yang positif sebesar 14,32 persen, lebih rendah jika dibandingkan triwulan II-2017 yang sebesar 17,36 persen.

"Sentimen dari dalam negeri masih positif sehingga rupiah masih berkesempatan untuk kembali menguat," katanya.

Namun, menurut dia, kenaikan yang terjadi pada rupiah tampaknya harus kembali diuji ketahanannya agar dapat mengkonfirmasikan kenaikan lanjutan di tengah sentimen uji coba rudal milik Korea Utara. Kondisi itu dapat mempengaruhi pasar keuangan di kawasan Asia, termasuk Indonesia.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) akan menjadi perhatian investor, sebagian investor masih mengekspektasikan The Fed akan naikan suku bunga di bulan Desember.

"Jika hasil FOMC menunjukkan potensi kenaikan suku bunga Fed maka akan membuat dolar AS kembali menguat," katanya.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2017