Saya yakin masyarakat belum semuanya mengenal dan mengetahui warisan budaya tersebut."
Yogyakarta (ANTARA News) - Beksan atau tarian tradisional yang dimiliki empat keraton peninggalan Mataram, yakni Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Kadipaten Puro Pakualaman, Kasunanan Surakarta Hadiningrat, serta Kadipaten Mangkunegaran diperkenalkan dalam Gelar Budaya Jogja Catur Sagatra 2017.

"Acara ini menjadi momentum untuk memperkenalkan lebih dalam tentang khazanah kebudayaan di Yogyakarta dan Surakarta," kata Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sultan HB X dalam sambutan yang dibacakan Asisten Keistimewaan Sekreatariat Daerah DIY Didik Purwadi di Pagelaran Keraton Yogyakarta, Kamis malam.

Pada hari pertama Gelar Budaya Jogja Catur Sagatra 2017 yang akan berlangsung 12-13 Oktober 2017 itu ditampilkan empat tarian, yakni Beksan Serimpi Merak Kesimpir, Beksan Wireng Kiswamuka Mengsah Sugriwa, Beksan Serimpi Muncar, dan Beksan Wireng Bondoboyo.

"Saya yakin masyarakat belum semuanya mengenal dan mengetahui warisan budaya tersebut," kata dia.

Oleh sebab itu, menurut Sultan, persembahan empat tarian pada hari pertama Gelar Budaya Jogja Catur Sagatra 2017 itu sangat strategis untuk mengenalkan kembali warisan budaya yang dimiliki Indonesia.

"Sehingga meskipun budaya global mempunyai pengaruh sangat kuat, hendaknya seni tradisi lokal harus tetap terjaga dan terus dikembangkan," kata dia.

Beksan Serimpi Merak Kesimpir sebagai tarian pembuka yang diciptakan Hamengku Buwono VII menggambarkan perang tanding antara Sang Dyah Dewi Sertupelaili melawan Retno Dewi Kadarwati. Perang tanding kedua putri yang memiliki paras cantik itu berakhir imbang tidak ada yang menang atau kalah.

Sementara itu, Kepala Bidang Adat Istiadat Dinas Kebudayaan DIY Iwan Sahli Irawan mengatakan agenda seni yang dibiayai dengan dana keistimewaan itu diharapkan menjadi ruang apresiasi para seniman sekaligus sebagai sarana masyarakat mempelajari nilai-nilai adiluhung kerajaan terdahulu.

"Tujuan utamanya memang menggali potensi budaya yang adiluhung peninggalan peradaban Mataram," kata dia.

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017