Jakarta (ANTARA News) - Setelah lama menghilang dari layar kaca, Ria Enes yang akrab disapa Kak Ria bersama Susan kembali tampil dalam pertunjukan bertajuk "Celoteh Nusantara" di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta, Minggu (15/10).

Usai pertunjukan ANTARA News sempat berbincang singkat dengan Ria Enes tentang kesibukannya sekarang, tentang boneka Susan dan tentang ventriloquism. Berikut petikan wawancaranya.



Apa kesibukan sekarang?

Sekarang sibuk di Playgroup Dunia Susan, di dunia pendidikan anak usia dini (PAUD), jadi kadang-kadang seminar, talkshow yang berkaitan dengan guru-guru PAUD.

Sejak saya nyanyi sama Susan, sejak saya tahu bahwa ternyata saya berada di dunia anak-anak, saya komit di situ. Toh dunia anak-anak bisa melibatkan orangtua, karena dunia anak-anak pasti melibatkan orang dewasa, dunia pendidikan ini pelajaran juga bagi orang dewasa bagi saya, karena belajar enggak habis-habis. Menurut saya komit, dan ngerti saja Tuhan karuniakan seperti ini, jadi meski pun sudah setua ini saya masih main boneka, hahaha.


Apa ada perubahan tampil dengan Susan dulu dan sekarang?

Ya mengikuti jamannya ya. Saya juga kalau ngomong sama anak sekarang beda sama anak jaman dulu. Kalau anak sekarang ketertarikannya lebih banyak ke gadget.

Nah, kalau kayak gini ini (melihat seorang anak membelai Susan yang ada di pangkuannya), ini bagus, karena dia belum nonton film Chucky, Anabelle, jadi dia belum merasa takut atau asing. Kadang-kadang nonton film itu jadi membuat mereka takut. Takut itu jadi penghalang.


Boneka Susan sudah digunakan sejak 1991, bagaimana perawatannya?

Kebersihan paling, kebersihannya saja. Tapi namanya juga barang ya, itu meski pun berpuluh-puluh tahun, ini enggak sampai gagar otak, hahaha.


Bagaimana cerita awal menggunakan boneka Susan?

Ketemu karakter Susan ini dari radio, begitu ada yang nawarin nyanyi saya cari bonekanya di Surabaya, di toko boneka, tapi kemudian dipermak sendiri.


Kenapa pilihannya jatuh kepada boneka model ini?

Karena dari semua di toko itu yang saya lihat dia secara fisik mewakili karakter siaran saya di radio, jadi dia suka main, siang enggak mau tidur, rambutnya merah, bukan merah pirang, tapi karena panas matahari.


Bagaimana karakter Susan sebenarnya?

Dia anaknya centil, dia rasa ingin tahunya tinggi, dia sok tahu. Rasa ingin tahunya tinggi, tapi kadang-kadang itu sok tahu, kritis.


Ketiga putrinya apakah juga menyukai Susan?


Saya sih memang koleksi boneka, boneka apa saja, tidak mesti yang seperti ini. Anak-anak pun juga suka sesuai dengan usia mereka. Ketika mereka mulai beranjak remaja sudah enggak main boneka lagi, tapi boneka masih ada. Dan, ngomong mereka enggak kayak saya, mungkin mereka enggak ada ketertarikan ke situ, kalau nyanyi sih semua suka nyanyi.


Apakah tidak ingin anak menjadi penerus?

Enggak. Saya ajak dari kecil kalau ada acara, syuting, tapi itu tidak membuat mereka menirukan saya, dan saya juga tidak menyuruh, yang pasti mereka punya passion sendiri.


Ada keinginan untuk kembali tampil di TV?

Saya masih ingin, tapi kan susah sekarang, hahaha. TV enggak bikin acara kayak gitu lagi sekarang. Kalau pun acara anak-anak pasti orientasinya bisnis, kan? Kontes apa, festival apa. Ada sih, maksudnya masih ada acara seperti itu, cuman tidak sebanyak dulu.

Jaman kalian dulu sore hari kalian tinggal ganti channel acara anak-anak, ah enggak cocok yang ini, ganti channel. Enggak cocok yang ini, ganti channel lagi, itu masa keemasan kalian, di jaman 90-an. Sekarang? Enggak lihat acara anak-anak, oh, hari ini, jam ini, dan itu pun satu saja, enggak ada banyak pilihan, baik pagi atau pun sore, apalagi Minggu.


Muncul beberapa karakter boneka tangan di TV, tapi tidak ada yang mengalahkan kepopuleran Susan, apa rahasianya?


Enggak ada rahasia sih, hahaha. Ehmm... Total saja, harus total.


Ada tips bagi mereka yang ingin meniti karir di bidang ini?

Belajar. Sekarang banyak komunitas kok, mau komunitas dongeng, komunitas ventriloquism. ini namanya suara perut, istilahnya ventriloquism, ada komunitasnya dan bisa sekolah, ada pendidikannya, saya malah enggak.

Enggak pernah ikut pendidikan ventriloquism. Jadi, pasti ada bakat tiap-tiap orang, mungkin tidak seni, harus digali, harus mencari mencoba. Sekarang gampang kan? Pengen ini komunitasnya ada, pengen ini komunitasnya ada. Justru saya irinya itu jaman sekarang belajar sekarang gampang, enggak kayak dulu, asal ada niat, itu yang susah.


Apa itu ventriloquism? Apa sudah mulai populer?

Ventriloquism itu bukan image anak, ventriloquism tidak mesti figur anak, malah kalau di luar negeri mereka justru untuk mengisi acara hiburan di cafe-cafe, antara stand up comedy tapi dia pakai boneka.


Di Indonesia apa sudah ada ventriloquist?

Ada, sebetulnya ada, tapi mungkin media sekarang kan yang diekspos itu-itu saja, televisi maksudku ya, tapi coba cari, ada. Banyak, bagus-bagus mereka, masih muda.


Bagaimana dulu bisa mempelajari ventriloquism?

Saya basic-nya teater, jadi ekskul di sekolah ikut teater. Justru saya merasa matangnya di situ, maksudnya prosesnya belajarnya di situ.

Saya enggak mengenyam pendidikan vetriloquism sama sekali, justru di teater itu kita explore macam-macam, apa saja. Di teater kan ada gerak, ada tari, ada naskah, dan lain sebagainya, justru lebih luas kalau di teater. Nah, kebetulan, saya bisa ventriloquism ini -- itu pun karena wartawan tanya, "Sejak kapan ventriloquism?" apa itu ventriloquism, mengenal istilah itu justru dari wartawan -- karena ada pendahulu saya pak Gatot Sunyoto namanya, itu yang duluan di Indonesia, yang saya kenal pertama kali itu pak Gatot Sunyoto.


Tertarik untuk mengajarkannya ke anak muda supaya ada penerusnya?

Enggak. Karena saya tidak mengenyam pendidikan itu, jadi secara teori saya enggak.


Kalau di komunitas?

Mereka sudah ada sendiri kok, bagian mereka.


Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017