Yogyakarta (ANTARA News) - Kawasan budaya Kotagede yang berada di wilayah Kota Yogyakarta menjadi salah satu dari 100 situs budaya di dunia yang paling terancam mengalami kepunahan. "Pernyataan tersebut dikeluarkan oleh World Monuments Fund (WMF) yang berada di New York, Amerika Serikat pada 6 Juni 2007," kata Dr Laretna T Adisakti, Ketua Yogyakarta Heritage Society, Selasa. Menurut dia, situs budaya di Kotagede yang rusak karena bencana gempa yang melanda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada 27 Mei 2006, sampai saat ini masih dalam proses pemulihan. Banyak aset budaya berkelas dunia di Kotagede yang mengalami kerusakan akibat bencana tersebut, dan jika tidak ada upaya untuk memulihkannya maka situs tersebut terancam punah. Bangunan tradisional seperti rumah joglo, rumah kampung, limasan, dan kalang merupakan beberapa contoh aset budaya yang mengalami kerusakan akibat gempa. Aset budaya yang harus dilestarikan tidak hanya yang berwujud fisik, namun juga berupa lingkungan, kesenian, makanan tradisional, dan kerajinan perak. "Situs budaya Kotagede harus dilihat secara komprehensif sebagai suatu kawasan yang bernuansa budaya," kata dia. Ia mengatakan, upaya pemulihan situs budaya Kotagede merupakan program jangka panjang yang memerlukan waktu lama untuk menyelesaikannya. Paling tidak dibutuhkan waktu 20 tahun untuk dapat memulihkan aset budaya Kotagede menjadi seperti sedia kala. "Karena itu upaya pemulihan kawasan budaya itu membutuhkan komitmen dari semua pihak baik pemerintah, masyarakat, maupun swasta untuk bersama-sama menjaga peninggalan budaya bangsa. Ia mengatakan, upaya pemulihan Kotagede selama ini dibantu oleh Pemerintah Belanda, UNESCO, pihak universitas dan swasta. Universitas Gadjah Mada (UGM) berpartisipasi dengan membeli sebuah rumah tradisional yang mengalami kerusakan, kemudian rumah tersebut diperbaiki dan dirawat sebagai sebuah cagar budaya. "UNESCO saat ini sedang membuat pedoman untuk pemulihan rumah-rumah yang rusak di Kotagede, sedangkan WMF membantu program pemulihan dengan mempromosikan Kotagede ke seluruh dunia sehingga dapat menarik para pemerhati budaya untuk ikut serta membantu program tersebut," kata dosen Jurusan Teknik Arsitektur UGM tersebut.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007