Jakarta (ANTARA News) - Gajah, binatang berbelalai dengan tubuh yang besar, punya tempat khusus di hati penyanyi Tulus. Gajah adalah inspirasi di balik salah satu lagu karya Tulus, hewan itu juga ditampilkan di video klip yang dibuat pada 2014 silam.

Pedihnya hati Tulus ketika mendengar bahwa gajah dalam video klipnya, Yongki, mati dibunuh dan diambil gadingnya bertepatan dengan penghargaan album "Gajah" sebagai album terbaik di Anugerah Musik Indonesia 2015.

Sebagai bentuk kepedulian pada binatang yang populasinya menurun dari waktu ke waktu, Tulus bekerjasama dengan WWF Indonesia membuat kampanye berjudul #TemanGajah. Kampanye itu adalah kelanjutan dari #JanganBunuhGajah yang digalakkan Tulus tahun lalu.

"Kepedulian lingkungan itu sebuah komitmen yang harus terus dijalani semampu, sekuat tenaga yang kita bisa," kata Tulus, menjelaskan latar belakang kampanye #TemanGajah di Jakarta, Kamis.

Dia mengaku sempat terkejut karena mendapat respons yang bagus saat membuat kampanye serupa tahun lalu, itulah mengapa kali ini dia kembali meneruskan usahanya untuk melindungi gajah Sumatera. Kali ini, dia bekerjasama dengan portal penggalangan dana KitaBisa.com, perusahaan konsultan bisnis Big Change Indonesia, studio desain NUSAE dan Synchro.

Dibanding kampanye tahun lalu, Tulus menyebut kampanye kali ini lebih ringan, hangat dan menyasar pada segmen tertentu. Kotak-kotak donasi akan diletakkan di 20 sekolah dasar di Jakarta untuk menanamkan kesadaran peduli alam pada generasi muda.

Target dari penggalangan dana ini senilai Rp1 miliar. Untuk tahap pertama, diharapkan terkumpul setengahnya, kemudian kampanye akan diperluas ke ranah SMP, SMA hingga universitas.

Donasi juga dibuka lewat KitaBisa.com dan hasil penggalangan dana akan disalurkan untuk membeli kalung satelit GPS gajah yang didatangkan dari Afrika.

"Targetnya 20 kalung, satu kalung harganya Rp40-50 juta," ujar Tulus yang meyakini target itu bisa tercapai.

Kalung pendeteksi lokasi itu berfungsi untuk memantau keberadaan gajah, sehingga ancaman untuk hewan itu bisa diantisipasi.

Wishnu Sukmantoro, Elephant Counselor Special Coordinator WWF memaparkan populasi gajah Sumatera menurun tiap tahun. Pada 1985, poulasinya berkisar 2400-4800 ekor. Pada 2016, jumlah gajah Sumatera diperkirakan kurang dari 2000 ekor.

Jumlah gajah dalam satu klan (kelompok) juga makin sedikit. Wishnu mengatakan ia sempat melihat ada 108 ekor gajah dalam satu klan pada 1994.

"Terakhir pada 2012, paling banyak satu klan hanya 50-60 individu," ungkap dia.

Selain diburu, habitat gajah juga banyak yang rusak akibat konversi lahan, membuat jumlah makanan gajah pun menurun.

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2017