Jakarta (ANTARA News) - Tim Pembangunan Rumah Sakit Indonesia kembali ke Myanmar pada Senin (23/10) untuk melanjutkan proses pembangunan rumah sakit setelah sekitar dua pekan menunggu izin dari Kementerian Luar Negeri Myanmar.

"Tim akan melakukan pengukuran dan penentuan titik-titik bangunan Rumah Sakit Indonesia di Myanmar bersama dengan kontraktor lokal pemenang tender," kata Ketua Divisi Konstruksi Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) Idrus M Alatas dalam siaran pers lembaga, Selasa.

Idrus berharap setelah pengukuran kontraktor lokal pemenang tender, Rakhita Ah Linn, bisa segera memulai pembangunan tahap kedua yang meliputi rumah dokter dan perawat.

Selain mempersiapkan pembangunan tahap kedua, tim juga akan mulai melakukan pratender untuk pembangunan tahap ketiga, pembangunan bangunan utama Rumah Sakit Indonesia, yang akan diikuti beberapa kontraktor lokal.

"Kami berharap setelah pembangunan rumah dokter dan perawat selesai bisa segera dilanjutkan dengan pembangunan bangunan utama rumah sakit," tutur Idrus.

Tim yang berangkat pada Senin (23/10) ke Myanmar terdiri atas Idrus dan relawan Rizal Syarifuddin. Mereka bertolak ke Yangon dan pada Selasa terbang ke Sittwe, ibu kota Rakhine State, menggunakan maskapai lokal.

Dari Sittwe, tim akan melanjutkan perjalanan darat selama sekitar 3,5 jam ke lokasi pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Muaung Bwe, Mrauk U.

Tim baru mendapatkan izin dari Kementerian Luar Negeri Myanmar setelah menunggu dua pekan karena situasi di Rakhine State yang memanas sejak akhir Agustus 2017 akibat penindakan militer yang mendorong ratusan ribu warga Rohingya mengungsi ke perbatasan Bangladesh.

Misi pertama MER-C di wilayah konflik Rohingya di Myanmar dimulai 2012 dan dilanjutkan dengan pemilihan lokasi di Mrauk U pada Agustus 2015. Saat itu, tim langsung melakukan pembelian dan pembebasan lahan milik negara Myanmar.

Pada Mei 2017, setelah sempat tertunda selama dua tahun, pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Myanmar resmi dimulai.

Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017