Bangkalan, Jawa Timur (ANTARA News) - Pemerintah Provinsi Jawa Timur mendorong kawasan hutan bakau (mangrove) Labuhan di Bangkalan, Madura, menjadi Kampung Iklim atau wilayah percontohan untuk menangkal dampak pemanasan global.

"Selain pengembangan aspek ekonomi masyarakat, mangrove Labuhan diharapkan bisa berkontribusi bagi penurunan emisi gas rumah kaca," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jatim, Diah Susilowati saat sosialisasi dan penyuluhan kebersihan di Taman Pendidikan Mangrove (TPM) Labuhan, Bangkalan, Madura, Selasa.

Ia mengatakan keberadaan Kampung Iklim bertujuan untuk menjaga ekosistem pesisir pantai dari abrasi dan erosi. "Hutan mangrove atau hutan bakau juga mampu mereduksi emisi gas rumah kaca, lima persen lebih besar dibandingkan hutan tropis," kata Diah.

Selain itu, salah satu parameter Kampung Iklim adalah pengelolaan sampah menjadi biogas. Hal lain yang diupayakan adalah membentuk embung (waduk) guna meningkatkan cadangan air. Dari sisi kapasitas sumber daya manusia (SDM), didorong menjaga lingkungan dan kebersihan. "Ada upaya-upaya terukur untuk menurunkan emisi gas rumah kaca," kata dia.

Namun Diah mengingatkan pula bahwa pengembangan kawasan pesisir di provinsi ini harus terintegrasi mengingat Jawa Timur mempunyai garis pantai yang cukup panjang mencapai 2.000 kilometer.

"Karena itu konsep pengembangan mangrove yang akan dipakai harus disesuaikan dengan karakteristik lahan dan lingkungan sekitarnya mengingat tanaman mangrove ada ratusan jenisnya," kata Diah.

Menurut Diah, selama ini belum ada satu desa pun di Madura yang mendapat status Kampung Iklim dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Bahkan untuk tingkat provinsi Jawa Timur saja, baru ada beberapa seperti desa di Bojonegoro, Blitar dan Malang. "Mekanismenya diusulkan dari daerah, lalu pusat yang menilai dan memutuskan," kata dia.

Ia mengharapkan PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) yang mendukung kawasan konservasi mangrove di Labuhan, ikut mendorong terwujudnya Kampung Iklim.

Sementara General Manager PT PHE WMO, Kuncoro Kukuh mengatakan pihaknya berkomitmen untuk mendukung pembentukan Program Kampung Iklim di Labuhan, antara lain melalui pemberdayan masyarakat dan membangunTaman Pendidikan Mangrove (TPM).

"Diharapkan program mangrove akan bermanfaat tidak hanya bagi warga sekitar tapi masyarakat umum. Mangrove juga tidak hanya mencegah abrasi, tapi juga bernilai ekonomi dan pariwisata," kata dia.

TMP kata dia, juga telah menjalin kerja sama dengan 13 perguruan tinggi di Indonesia dalam pengembangan risetmangrove seperti Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Trunojoyo, bahkan dari Nunukan Kaltara.

Kukuh mengatakan, pada tahun 2016 PHE WMO meraih peringkat proper emas, atau tertinggi di sektor migas dan nomor dua terbesar di semua sektor nasional. "Program utama CSR unggulan dititikberatkan pada peningkatan kapasitas program dan melakukan duplikasi program di beberapa desa lain. Dalam melakukan pengembangan program, PT PHE WMO menjaring beberapa lokal hero," kata dia.

Sekretaris Kelompok Tani Mangrove Cemara Sejahtera di Desa Labuhan, M Sahril mengatakan selain TPM, di Desa Labuhan juga memiliki perpustakaan, pembudidayaan kepiting soka, pengembangan cemara laut dan produksi kopi yang dicampur dengam buah mangrove.

Sebelum dikembangkan hutan mangrove, di desanya kerap dilanda banjir rob. "Namun saat ini sudah jauh membaik, bahkan ekosistem flora dan fauna semakin hidup," kata pria yang sebelumnya pernah merantau sebagai TKI di Malaysia ini.

(T.F004/B012)

Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017