Jombang (ANTARA News) - Wisata religi di makam mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid di Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, menjadi salah satu andalan wisata di kabupaten ini, bahkan Jatim, sehingga berbagai fasilitas ditambah.

"Jumlah kunjungan peziarah dari tahun ke tahun semakin banyak. Saat ini, setiap hari sudah di atas 3.000 orang peziarah yang datang, dan meningkat tiga kali lipat saat akhir pekan, seperti Sabtu dan Minggu," kata Pengurus Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Lukman Hakim di Jombang, Selasa.

Ia mengatakan, peziarah datang dari berbagai daerah di Indonesia. Mereka ada yang datang dengan rombongan bus ataupun mobil.

Datangnya juga tidak tentu, bahkan ada yang hingga larut malam. Mereka tetap diizinkan masuk ke dalam areal makam yang ada di kawasan Pesantren Tebuireng.

Di lokasi pondok, pintu masuk ke makam ditutup saat menjelang magrib. Setelah shalat isya, pintu menuju ke makam kembali dibuka, sehingga peziarah bisa menuju ke makam. Menuju ke tempat makam, peziarah juga bisa dengan leluasa duduk berdoa.

Di makam Pesantren Tebuireng, Jombang, selain ada KH Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur, juga dimakamkan pendiri organisasi Islam Nahdlatul Ulama, KH Hasyim Asyari, serta ayahandanya yang juga tokoh nasional KH Wahid Hasyim. Selain itu, sejumlah kiai dan keluarga juga dimakamkan di lokasi tersebut.

Lokasi untuk peziarah di makam Gus Dur itu juga sudah dibangun sedemikian rupa. Selain bale tepat di depan makam di bagian timur juga sudah dibangun bahkan hingga dua lantai.

Mereka tetap bisa dengan khusyuk berziarah di tempat ini. Bahkan, di tempat ini juga dipasang seperti pendingin ruangan yang bisa mengalirkan uap air, sehingga ruangan juga menjadi sejuk kendati di tempat terbuka.

Lukman mengatakan, dengan semakin banyaknya peziarah yang datang, pihak pesantren akhirnya membuat kebijakan untuk pengaturan tempat parkir. Dulu, lokasi parkir di tepi jalan raya, sehingga arus lalu lintas menjadi tersendat.

Kini, lokasi parkir sudah dibuatkan tempat khusus berada di bagian barat pondok. Lokasi itu juga sangat luas, sehingga mampu menampung puluhan bus yang mengangkut peziarah. Mereka bisa berjalan kaki menuju lokasi pondok yang tidak terlalu jauh.

Lebih lanjut, ia mengatakan saat ini pondok juga berupaya untuk menata kawasan makam. Kini, di sekitar makam dibangun sejumlah kios untuk berjualan ikan dengan aneka olahannya.

Produk yang dijual harus berbahan dasar ikan, sebab bangunan itu juga dibangun dari bantuan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

"Saat ini masih proses penyelesaian bangunan, sekitar 2-3 bulan ke depan bisa dipakai jadi pusat kuliner berbahan dasar ikan. Nanti, akan dikelola oleh pondok dan bisa bekerja sama dengan pihak lain, terserah mereka mau menjual apa, bisa tahu isi ikan, dan sebagainya," ujarnya.

Pihak pondok juga berharap, dengan berbagai fasilitas yang saat ini dibangun, akan semakin membuat nyaman peziarah.

Selain itu, dengan tambahan fasilitas tersebut, roda perekonomian warga di sekitar pondok juga semakin bergerak. Mereka bisa menjual aneka macam produk dan makanan serta menjual jasa misalnya kamar mandi.

Pewarta: Destyan Hendri Sujarwokom dan Asmaul Chusna
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017