Saya kira teman-teman dari Australia atau dari negara manapun kalau sudah jatuh cinta pada Bahasa Indonesia, sulit deh untuk lepas karena begitu indahnya Bahasa Indonesia."
Ubud, Bali (ANTARA News) - Penyair Joko Pinurbo menyatakan bahwa setiap penulis harus bangga menggunakan Bahasa Indonesia dalam karya mereka, sebagai identitas dan kekayaan budaya yang punya potensi besar untuk digali dan dikembangkan lebih jauh.

"Sebagai penyair yang menggunakan Bahasa Indonesia, dan itu satu-satunya bahasa yang saya kuasai, saya kira memang para penulis Indonesia terutama penyair muda harus yakin dan mempunyai kepercayaan diri, bukan hanya terhadap kekayaan budayanya tetapi terhadap bahasanya sendiri," kata Joko dalam konferensi pers pembukaan "Ubud Writers and Readers Festival" (UWRF) di Ubud, Bali, Rabu.

Kecintaan Joko terhadap Bahasa Indonesia dituangkan dalam buku kumpulan puisinya yang terbaru berjudul "Buku Latihan Tidur". Dalam buku tersebut, ia berusaha mengolah dan menggali kekayaan Bahasa Indonesia supaya tradisi perpuisian Indonesia tidak stagnan, tetapi semakin berkembang seturut perkembangan zaman.

Konsisten menggunakan Bahasa Indonesia dalam semua karyanya, menurut Joko, membawa risiko tersendiri karena puisi-puisinya tidak dapat dengan mudah dinikmati oleh pembaca dari berbagai negara.

Namun, penerima penghargaan Khatulistiwa Literary Awards kategori puisi lewat buku "Kekasihku" itu menilai keputusannya menggunakan Bahasa Indonesia akan secara langsung atau tidak langsung mendorong para pembaca internasional untuk ikut mempelajari sastra dan Bahasa Indonesia.

"Saya kira teman-teman dari Australia atau dari negara manapun kalau sudah jatuh cinta pada Bahasa Indonesia, sulit deh untuk lepas karena begitu indahnya Bahasa Indonesia," tutur dia.

Melalui penyelenggaraan festival sastra dan budaya seperti UWRF yang menjadi wadah promosi bagi penulis muda Tanah Air, Joko optimistis bahwa tradisi perpuisian Indonesia yang telah dikembangkan dengan sangat baik diantaranya oleh Amir Hamzah dan Chairil Anwar bisa bertahan di tengah pusaran sastra dunia.

"Pengarang-pengarang dari Indonesia Timur misalnya, kalau tidak dipromosikan lewat festival semacam ini lalu siapa? Tidak akan ada orang yang melihat. Para pengarang dan penyair muda berbakat dari berbagai daerah harus dimotivasi agar tidak merasa inferior di hadapan para pengarang asing," ucap penulis kumpulan puisi "Celana" itu.

Joko Pinurbo dan beberapa penulis ternama Tanah Air seperti N.H. Dini, Sutardji Calzoum Bachri, Ahmad Fuadi, dan Leila S. Chudori akan menjadi pembicara dalam UWRF 2017 yang berlangsung pada 25-29 Oktober di Ubud, Bali.

Mengangkat tema "Origins: Sangkan Paraning Dumadi", festival sastra dan budaya terbesar se-Asia Tenggara ini mengajak penikmatnya untuk merenungkan bukan hanya hubungan antarmanusia tetapi juga arti kemanusiaan yang luas mencakup seluruh manusia, planet, dan periode waktu---di tengah globalisasi dan ketidakstabilan politik.

Pewarta: Yashinta Difa
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017