Bangkok (ANTARA News) - Hari berkabung satu tahun untuk menghormati mendiang Raja Thailand Bhumibol Adulyade berakhir Minggu 29 Oktober kemarin setelah upacara pemakaman mewah selama lima hari yang dipenuhi dengan upacara besar dan ritual keagamaan.

Bhumibol, yang wafat Oktober tahun lalu dalam usia 88 tahun, dikremasi Kamis pekan lalu setelah satu hari yang penuh dengan emosi yang membuat aktivitas di negara itu terhenti.

Dia adalah raja yang paling lama berkuasa di dunia, memimpin Thailand melewati periode modern yang penuh gejolak selama 70 tahun hingga menjadi simbol persatuan utamanya.

Namun, dia meninggalkan kerajaan itu di tengah perpecahan mendalam di bidang politik, ekonomi dan sosial, dengan junta militer berkuasa dan pemerintah demokratis kemungkinan tidak akan terwujud dalam waktu dekat.

Minggu sore, putra Bhumibol dan pewaris takhta Raja Maha Vajiralongkorn (65) dan adiknya Maha Chakri Sirindhorn, membawa sepasang guci emas yang berisi relik ayah mereka dari Grand Palace ke dua candi di Bangkok tempat guci akan diletakkan.

Upacara unit kavaleri dengan tentara kerajaan lengkap yang mengenakan bulu biru di helm mereka memimpin konvoi ini dalam prosesi yang murung namun sederhana yang memakan dana 90 juta dolar AS.

Biksu-biksu Buddha memimpin doa-doa di kuil-kuil sementara para pelayat berpakaian hitam duduk di trotoar di luar saling memegang tangan mereka.

Sebagian besar orang Thailand mengenakan pakaian warna hitam atau pakaian yang warnanya tak mencolok setahun lalu, dengan pita hitam dan putih terikat pada gerbang sekolah, kuil dan bangunan pemerintah.

Pemandangan berkabung berkepanjangan untuk mendiang raja berakhir pada tengah malam pada hari Minggu, demikian AFP.

Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017