Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Koordniasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong menilai dunia bisnis ritel tengah mengalami jungkir balik akibat transformasi gaya konsumsi.

"Saya pribadi percaya dunia ritel sedang dalam proses jungkir balik. Di Amerika Serikat, Eropa, Asia dan seluruh dunia, ritel itu sedang amburadul dan dalam prses transformasi traumatis," katanya dalam paparan realisasi investasi triwulan III-2017 di Jakarta, Senin.

Menurut Tom, sapaan akrab Thomas, maraknya penutupan pusat perbelanjaan di AS sudah terjadi sejak beberapa waktu lalu.

Mantan Menteri Perdagangan itu menilai fenomena maraknya penutupan toko ritel tidak bisa dilihat dari satu sisi saja.

"Saya merasa ada pergesaran dari offline ke online, meski ada yang bilang porsi online masih kecil sekali. Tapi walau kecil, dampaknya bisa berkali lipat," katanya.

Pergeseran gaya konsumsi barang ke pengakaman, menurut Tom, juga marak terjadi saat ini. Ia menilai saat ini orang sudah tidak lagi terobsesi dengan barang mewah atau bermerek tapi lebih suka pergi ke suatu tempat hanya untuk diunggah ke media sosial.

Hal seperti itu juga terjadi di sektor telekomunikasi di mana kita orang lebih suka melakukan "petualangan" di dunia maya.

"Seperti disampaikan Presiden, yang bikin orang bergengsi itu ya selfie dan wefie di tempat wisata yang dahsyat. Bahkan ada yang mengkritik katanya milenials ini banyak yang ke cagar budaya hanya untuk selfie," tukasnya.

Sejumlah toko ritel tahun ini melakukan aksi tutup gerai, bahkan sampai gulung tikar. Sebut saja 7-11 Eleven, Matahari Department Store di Pasaraya Manggarai dan Blok M, Lotus Department Store di kawasan Thamrin dan toko ritel Debenhams di seluruh Indonesia.

Menko Perekonomian Darmin Nasution menjelaskan fenomena tersebut sebagai hal yang normal dalam bisnis. Ia mengatakan tumbangnya sejumlah toko ritel terjadi bukan karena penurunan daya beli, namun karena pelanggan atau pembeli yang mulai berkurang.

Pewarta: Ade Irma Junida
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017