Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla yakin stabilitas nasional tetap terjaga baik selama tahun politik, mengatakan bahwa tahun politik hanya hangat dalam pembicaraan.

"Banyak orang berbicara tahun politik hangat, saya kira, pengalaman kita hangat di pembicaraan tapi tidak hangat di lapangan," katanya saat menyampaikan pidato kunci Prospek Ekonomi Indonesia 2018 dalam acara makan pagi bersama Persatuan Wartawan Indonesia di Jakarta, Kamis.

Ia mengatakan hangatnya pembicaraan selama tahun politik salah satunya didorong oleh pemberitaan media.

"Itu media, tinggi rendahnya itu ya karena lebih karena Anda semua, karena perlu berita yang hangat, kalau dingin-dingin saja kan kurang menarik," katanya disambut senyuman para undangan.

Wakil Presiden menambahkan bahwa dalam sejarah pemilihan umum maupun pemilihan kepala daerah secara umum berlangsung dengan aman dan stabil.

Pemilu di Indonesia, menurut penilaian dia, juga lebih baik bila dibandingkan dengan Malaysia,Thailand maupun Filipina karena partai-partai politik lentur dalam berkoalisi sehingga tidak menimbulkan sentimen politik besar.

"Kenapa pilkada itu lebih aman, karena partai-partai itu simpangsiur dukungannya. Hari ini Golkar dengan PDI koalisi mendukung si A, di tempat lain Golkar dengan Gerindra mendukung si B. Jadi tidak sesuatu pola yang sama, akhirnya tidak ada sentimen politik yang besar," katanya.

Selain itu, Indonesia juga mempunyai sistem politik yang khas, di mana partai politik yang berbeda dukungan dalam pemilu dapat kembali bersama seusai pemilu maupun pilkada.

"Kita boleh berselisih apabila pemilu pilkada, setelah itu kita sama-sama lagi. Dulu partai-partai berlawanan, pilihan berbeda, begitu selesai ya gabung-gabung lagi, terjadi lagi koalisi tambahan dari bekas yang berbeda ini. Ini khas Indonesia, tidak terjadi di Malaysia, di Thailand juga antara yang merah dan kuning terus-terus berselisih," katanya.

Ia mengatakan stabilitas politik yang terjaga akan berkontribusi pada prospek perekonomian Indonesia ke depan.


Pewarta: Muhammad Arief Iskandar
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017