Buenos Aires (ANTARA News) - Amado Boudou, yang merupakan menteri perekonomian dan wakil presiden di bawah kepemimpinan mantan Presiden Argentia Cristina Fernandez, pada Jumat ditangkap atas tuduhan melakukan korupsi.

Boudou merupakan pejabat tinggi kedua dalam pemerintahan Cristina yang menghadapi penahanan.

Polisi menangkap Boudou dan satu orang lainnya yang diduga sebagai rekan Boudou, Jose Maria Nunez Carmona, di kawasan elite Buenos Aires atas dugaan melakukan pemerasan dan pencucian uang.

Stasiun televisi lokal memperlihatkan Boudou, dengan muka muram dan mengenakan kaus polos hitam, berdiri diapit dua petugas keamanan.

Pada beberapa foto lainnya yang diperlihatkan di televisi, Boudou, dalam keadaan tangan diborgol, berdiri di suatu tempat yang tampaknya merupakan kediamannya.

Pengacara Boudou mengecam penangkapan pada Jumat itu dengan menyebutnya sebagai "kesewenang-wenangan."

"Kami tidak pernah mendapatkan masalah, dan dalam semalam, hanya dalam pekan ada keluhan kepada Majelis Hakim, perintah penahanan dikeluarkan," kata pengacara, Eduardo Duranona, di televisi lokal.

Boudou, ahli ekonomi berusia 55 tahun, menghadapi tiga dakwaan "penumpukan kekayaan secara terlarang" pada 2009, yaitu tahun ketika ia dipromosikan dari kepala penatagunaan keamanan sosial Argentina menjadi menteri ekonomi di bawah Presiden Cristina.

Boudou menjadi wakil presiden pada 2011 ketika Cristina terpilih kembali sebagai presiden. Namun, Boudou kerap tak muncul di muka umum selama periode empat tahun itu sementara tuduhan bahwa ia melakukan korupsi terus meningkat.

Ia dan Carmona "membangun skema kejahatan mereka setidaknya sejak awal Agustus 2009, ketika Amado Boudou menjabat sebagai Menteri Perekonomian dan Keuangan, hingga Desember 2015 ketika jabatannya sebagai wakil presiden berakhir," menurut surat perintah penahanan.

Sebelumnya, mantan menteri perencanaan di bawah presiden Cristina Fernandez, Julio De Vido, ditangkap pada 25 Oktober, hanya tiga hari setelah koalisi "Ayo Berubah" yang diusung presiden Argentina saat ini, Mauricio Macri, menyapu kemenangan dalam pemilihan Argentina.

Cristina sendiri sedang menghadapi tuduhan korupsi dari masa kepemimpinannya sebagai presiden selama delapan tahun. Namun, ia akan mendapat kekebalan dari penahanan setelah terpilih menjadi anggota Senat di bawah sistem pendaftaran Argentina kendati ia berada di posisi kedua di bawah Macri.

Dalam pernyataan yang dikeluarkan Jumat sore, partai "Kesatuan Warga Negara" pimpinan Cristina Fernandez menuding Macri memanfaatkan sistem peradilan untuk menghukum lawan-lawan politik dan membuat demokrasi Argentina rentan terhadap "risiko". Demikian laporan Reuters.

(Uu.T008)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017