Almaty (ANTARA News) - Kakak perempuan imigran Uzbek yang dituduh membunuh delapan orang di New York menilai adiknya itu telah dicuci otak. Dia memohon Presiden Amerika Serikat Donald Trump memastikan si adik mendapatkan peradilan yang adil.

Sayfullo Saipov (29) diadili di sebuah pengadilan federal Rabu waktu AS setelah menabrakkan pikap sewaannya ke jalur sepeda untuk menewaskan pejalan kaki dan pengendera sepeda, sebagai unjuk dukungannya kepada ISIS.

Trump sendiri menyatakan Saipov mesti dihukum mati.

Berbicara dari Tashkent, ibu kota Uzbekistan, kakak Saipov, Umida Saipova, mengharapkan Trump memastikan adiknya mendapatkan waktu lebih dan peradilan yang adil.

Saipova mengaku terkejut mengetahui Saipov tumbuh memelihara janggut panjang setelah menikah pada 2013. Saipova berkata kepada Radio Free Europe (RFE) bahwa keluarganya yakin adiknya telah dicuci otak.

"Kami tak tahu siapa yang mencuci otak dia," kata Saipova. "Mungkin dia menjadi bagian dari kelompok terorganisir. Saya tak tahu, berapa lama kepalanya telah dirasuki racun itu, saya yakin dia nanti insyaf, Insya Allah."

Dia mengaku sempat bertelepon dengan adiknya sehari sebelum serangan. "Suasana hatinya lagi baik."

Ibunda Saipov, Mukaddas, berkata kepada Reuters bahwa terakhir kali melihat putranya Agustus lalu ketika dia berkunjung ke AS. Dia menyebut serangan teror itu membuat keluarganya terkejut.

"Saya kaget mendengar berita itu dan sejak itu saya berada di rumah sakit sampai sore ini," aku dia kepada Reuters.

Mukaddas mengaku bahwa Sayfullo merindukan Tashkent. Sang ibu ingin membawa pulang anaknya, tetapi tak bisa melakukannya karena anak Sayfuloo baru berusia 20 hari.

Sayfullo tak pernah mengeluhkan hidupnya di AS dan sebaliknya bisa membantu keluarga dan orang tuanya pada saat bersamaan.

"Dia baik kepada semua temannya. Tidak, dia tidak relijius dan tak pernah ke masjid karena dia sibuk belajar dan bekerja," kata Mukaddas.

Umida Saipova dan keluarganya mengharapkan adiknya tidak dihukum mati seperti diinginkan Trump.

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017