Dan kebetulan di Mangunan ini juga wisatanya wisata budaya karena berdekatan dengan makam raja-raja Mataram di Imogiri. Jadi kami selalu menawarkannya, juga selalu kita sinergikan."
Bantul (ANTARA News) - Dinas Kehutanan dan Perkebunan Daerah Istimewa Yogyakarta menyatakan pepohonan di kawasan hutan pinus Mangunan, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, sudah tidak memungkinkan disadap untuk diambil getah pinusnya.

"Pohon-pohon di Mangunan ini dulu memang disadap untuk getah pinusnya, tetapi sekarang sudah tidak memungkinkan pinus disadap karena kalau disadap terus menerus akan membahayakan pohon itu," kata Sekretaris Dishutbun DIY Ani Widayati di Bantul, Minggu.

Menurut dia, karena pertimbangan hal yang bisa mengakibatkan pohon pinus mati itu, maka dalam beberapa tahun terakhir, pemda mengambil langkah agar pinus tidak disadap namun dibuka untuk kawasan wisata agar tetap ada pendapatan daerah.

"Makanya dari pihak pemda itu kemudian sebaiknya hutan pinus di Mangunan tidak untuk disadap, tetapi karena tetap harus ada pendapatan daerah dari situ, untuk itu dibukalah menjadi objek wisata," katanya.

Dengan demikian, menurut dia, kawasan wisata hutan pinus Mangunan yang dibuka sejak beberapa tahun ini mampu memberikan kontribusi ke pendapatan asli daerah (PAD) DIY, yang kemudian bisa dimanfaatkan sebagai upaya pelestarian hutan.

Bahkan, kata dia, selain memberikan kontribusi ke daerah, keberadaan hutan pinus Mangunan bisa menyejahterakan masyarakat setempat melalui kegiatan parkir dan kegiatan bidang jasa usaha pariwisata lainnya.

"Dan kebetulan di Mangunan ini juga wisatanya wisata budaya karena berdekatan dengan makam raja-raja Mataram di Imogiri. Jadi kami selalu menawarkannya, juga selalu kita sinergikan," katanya.

Sementara itu, kata dia, kaitannya dengan program penanaman pohon di kawasan hutan, pihaknya sudah mengarahkan bahwa bibit pohon yang ditanam yang khas DIY, tetapi jenisnya langka, misalnya buah kepel yang bibitnya dibantu pemda.

"Jadi saat ini hujan sudah mulai banyak, tentunya kita ajak masyarakat melalui teman penyuluh untuk nenanam, dan antara yang ditanam dengan yang ditebang itu harusnya imbang, mengingat pertumbuhan tanaman hutan itu memerlukan waktu panjang," katanya.

Pewarta: Heri Sidik
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017