Jakarta (ANTARA News) - Penyanyi Islandia Bjork bekerja sama dengan perusahaan rintisan asal Inggris Blockpool, untuk menghadirkan teknologi pada album kesembilannya "Utopia", yang rilis 24 November lalu.

Penyanyi sekaligus penulis lagu yang dikenal dengan gaya eksperimentalnya itu, kali ini melibatkan blockchain dalam industri musik. Blockchain adalah metode unik untuk mencatat transaksi keuangan mata uang digital (cryptocurrency) tanpa mengandalkan sistem perbankan, digitaljournal.com.

Bjork mengizinkan para fans membeli albumnya di situs label rekamannya bernaung, "(One Little Indian Records)", dengan cryptocurrency dan dia juga bagi-bagi uang digital bagi mereka yang melakukannya.

Dia memberikan 100 AudioCoins pada para penggemarnya. AudioCoins adalah mata uang digital yang mulai digunakan di industri musik.

Koin-koin itu akan menambah nilai sekitar 26 sen dolar AS. Dengan cara yang kreatif, Bjork membayar penggemarnya dan pendengarnya untuk membeli albumnya.

Selebritis lain yang mengendorse hal yang sama di antaranya adalah  Paris Hilton dan Jamie Foxx.


Namun hal itu disertai peringatan dari SEC (Securities and Exchange Commission), di mana mereka mendorong selebriti untuk berpikir dua kali sebelum melakukan itu, karena jika ada hal yang ternyata melanggar undang-undang, mereka mungkin saja akan dianggap bertanggung jawab secara hukum.

CEO Blockpool, Kevin Bacon mengatakan perusahaannya akan membantu Bjork.

"Ini soal di mana penggunaan blockchain dan uang digital bisa menguntungkan, tapi orang-orang belum banyak yang tahu," katanya pada Music Ally dalam sebuah wawancara.

Sepanjang kariernya, Bjork dinominasikan 14 kali penghargaan Grammy, menang lima kali Brit Awards, dan empat penghargaan MTV Video Music Awards.

Penerjemah: Ida Nurcahyani
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2017