Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyebutkan realisasi fisik cetak sawah pada 2016 sebesar 129.076 hektare atau naik 400 persen dibandingkan 2014.

Mentan Amran Sulaiman menjelaskan kegiatan cetak sawah menunjukkan kenaikan tertinggi setelah bekerja sama dengan TNI AD sejak 2015. Sebelumnya, realisasi cetak sawah hanya seluas 24.000 sampai 26.000 ha per tahun.

"Tahun 2015-2016 naik cetak sawah 400 persen. Itu kenaikan tertinggi dalam sejarah. Ini luar biasa karena sinergi bersama," kata Amran pada konferensi pers di Kantor Kementerian Pertanian Jakarta, Senin.

Berdasarkan data evaluasi dari Kementan, cetak sawah dimulai September 2015 dengan realisasi fisik 20.070 ha atau 87,26 persen dari target. Seluruh hasil cetak sudah dimanfaatkan petani.

Sementara itu, realisasi cetak sawah 2016 sebesar 129.076 ha atau 97,67 persen. Hasil evaluasi per 31 Oktober 2017 menunjukkan sawah seluas 126.437 ha sudah dimanfaatkan.

Amran menjelaskan kegiatan cetak sawah dengan sinergi TNI AD telah diatur dalam UU 34 Tahun 2004 tentang TNI dan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 5 Tahun 2011 tentang pengamanan produksi beras nasional menghadapi kondisi iklim ekstrem.

Menurut dia, kerja sama dengan TNI AD menjadi penting mengingat pada 2015 Indonesia dilanda fenomena cuaca El Nino dan La Nina pada 2016.

Ada pun cetak sawah dikembangkan dengan pola community development yang menekankan partisipasi dari petani. Cetak sawah dilakukan pada tanah yang menganggur atau tidak digarap. Kegiatan yang tidak sanggup dikerjakan petani dilakukan oleh Kementan bersama TNI dengan menggunakan alat berat.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Mulyono menjelaskan tidak ada hambatan yang berarti karena TNI memanfaatkan kemampuan personel dan peralatan bidang konstruksi.

Namun, proses cetak sawah membutuhkan waktu cukup lama untuk mengubah kondisi lahan perhutanan menjadi pertanian.

"Lahan yang kami kerjakan dalam satu hektare kadang-kadang tidak produktif, seperti lahan rawa yang kalau dikerjakan membutuhkan waktu cukup lama," ungkap Mulyono.

Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017