Chicago, Amerika Serikat (ANTARA News) - Kontrak emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange berakhir naik tajam, hampir satu persen, pada Senin (Selasa pagi WIB), karena harga minyak mentah melonjak dan dolar AS melemah.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember, naik 12,4 dolar AS atau 0,98 persen, menjadi menetap di 1.281,60 dolar AS per ounce. Ini adalah reli satu hari terbesar dalam enam minggu terakhir.

Harga minyak berjangka melonjak, Senin (6/11), karena pasar minyak mentah terguncang oleh kabar bahwa sebelas pangeran, empat menteri dan puluhan mantan menteri Saudi ditangkap pada akhir pekan lalu atas tuduhan korupsi.

Arab Saudi adalah salah satu produsen minyak mentah terkemuka di dunia.

Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember, naik 2,91 persen menjadi 57,26 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange pada pukul 18.50 GMT, sementara minyak mentah Brent untuk penyerahan Januari 2018 naik 3,32 persen menjadi 64,13 dolar AS per barel.

Lonjakan harga minyak mentah dapat menyebabkan kenaikan inflasi yang potensial, yang dipandang sebagai faktor "bullish" untuk emas berjangka.

Sementara itu, indeks dolar AS turun 0,19 persen menjadi 94,74 pada pukul 17.08 GMT. Indeks tersebut merupakan ukuran dolar terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya. Saat dolar AS melemah, emas berjangka biasanya naik.

Namun, kenaikan emas itu tertahan oleh pasar saham AS. Dow Jones Industrial Average naik 16,52 poin atau 0,07 persen menjadi 23.555,71 poin pada pukul 18.18 GMT.

Sedangkan untuk logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Desember naik 40,1 sen atau 2,38 persen, menjadi ditutup pada 17,235 dolar AS per ounce. Platinum untuk Januari berikutnya naik 13,10 dolar AS atau 1,42 persen menjadi menetap di 935,00 dolar AS per ounce.

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017